Lompat ke isi utama
surya sahetapy

Surya Sahetapy Lulus Master dari Perguruan Tinggi Luar Negeri

Solider.id, Yogyakarta -SURYA Sahetapy. Siapa yang belum mengenal aktivis sekaligus aktor ini? Pada 2021, Surya, pernah mengritik Menteri Sosial Risma Harini, yang kedapatan memaksa anak tuli berbicara tanpa menggunakan bahasa isyarat. Sedang karir keartisan dimulainya pada 2015. Dua buah film sudah dibintanginya. Yaitu, Sebuah Lagu Untuk Tuhan (2015) dan Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara (2016).

 

Terlahir dengan nama Panji Surya Putra Sahetapy, putra ketiga Ray Sahetapy dan Dewi Yull ini lahir di Jakarta, 21 Desember 1993. Divonis tuli pada dua tahun usianya, Surya memilih jalan menjadi seorang aktivis yang aktif menyuarakan hak-hak difabel. Khususnya pengakuan bahasa (linguistic) bagi tuli. Dia juga penggerak organisasi khusus tuli Gerkatin (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia) Jakarta.

 

Seiring waktu berjalan. pada 2018, Surya direkrut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu staf khusus (stafsus). Namun, sebelum sempat dijalaninya, alumni D3 Bahasa Ingris Sampoerna University pada 2017 ini, mendapat beasiswa karena predikat cumlaude yang diraihnya. Surya pun melanjutkan studi diplomanya di Associate of Science in Applied Liberal Arts - Immersions: ASL & Deaf Studies, the National Technical Institute for the Deaf, Amerika. Lagi-lagi lulus cumlaude pada 2019.

 

Kemudian, beasiswa penuh dari Sasakawa - De Caro RITNTID (Nippon Foundation), Studi S1 di Institute of Technology Rochester (RIT) Amerika Serikat dikantonginya. Bachelor of Science in International-Global Studies, diselesaikannya dengan predikat Magna Cum Laude pada 2021. Selanjutnya, beasiswa S2 dan S3 di depan mata.

 

Sabet tiga penghargaan

Baru-baru ini, adik almarhumah Gisca ini berhasil meraih gelar S2-nya. Wisuda digelar pada Sabtu, 13 Mei pukul 17:30 - 19:30 EST atau 14 Mei pukul 04:30 - 06:30 WIB. Tiga penghargaan sekaligus disabetnya dari Studi Master of Science in Secondary Education for Deaf and Hard of Hearing Students, Institut Teknologi Rochester, Amerika Serikat. Ketiga penghargaan itu adalah: International Student Outstanding Service Award, The Outstanding Graduating Student Award In The Master's Degree, serta NTID Graduate College Delegate.

 

Apa yang diraih Surya Sahetapy, bukan satu kebetulan tentunya. Dukungan keluarga, dalam hal ini sang ibu adalah hal utama. Tanpa menafikkan, adanya semangat belajar dan berjuang yang dinyalakan dalam jiwanya. Selanjutnya, kebenarian mencoba dan menyelesaikan hal baru selalu dimiliki Surya. Kesempatan, kesuksesan, tak bisa jika hanya ditunggu. Melainkan harus diupayakan dengan segenap jiwa. Dengan komitmen dan tanggung jawab. Itulah Panji Surya Putra Sahetapy (30).

 

Berbagi cerita

Sebagaimana dilandir di laman liputan6.com, Surya bercerita awal mula mengetahui RIT, kemudian memutuskan kuliah di sana. Diakuinya, pertama kali mengetahui RIT/NTID saat keikutsertaannya pada Federasi Tuli Dunia di Turki, 2015. Ketika itu, Surya bertemu dengan Peter Hauser, yang kemudian menjadi salah satu panutan. “Sebuah perkenalan yang mengubah hidup selamanya,” kenang Surya.

 

Kemudian, pada 2016, salah satu dosen RIT, Michael Steven Stein mengatur kunjungan untuk Surya dan dua temannya, untuk merasakan lingkungan RIT/NTID secara langsung.

 

Selama kunjungan tersebut, Surya mengaku mendapatkan inside. Dia merasakan kegembiraan dan kemungkinan yang luar biasa. Tahun berikutnya (2017), atas dorongan dua temannya Cristophorus Subandi Budidharma dan Michael Steven Stein, dia pun memutuskan melanjutkan pendidikan di RIT/NTID.

 

Hidup tanpa mendengar (tuli) sedari usianya dua tahun, tak membuat nyali Surya Sahetapy ciut dalam menempuh pendidikan tinggi. Akhirnya, pada 2018, moment menggembirakan sekaligus perenungan yang luar biasa hadir. Beasiswa penuh menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat itu sebuah kenyataan.

 

Saatnya Surya harus membuat keputusan. Meninggalkan keluarga di Indonesia tidak diragukan. Meski hal ini menakutkan, aku Surya. Dasar hati dan kesadarannya lebih kuat. Bahwa kesempatan tak kan datang untuk yang kedua kalinya. Karena Surya memantapkan diri, tidak melewatkan beasiswa studi di luar negeri.

 

Bagi Surya, kuliah di RIT adalah kesempatan yang baik untuk tumbuh dan berkembang dan merupakan jalan yang tak bisa dilewatkan. “Perjalanan saya bersama Anda (RIT) sungguh luar biasa. Saya dipenuhi dengan rasa syukur yang tak terhingga atas pengetahuan dan pengalaman tak ternilai yang telah saya dapatkan selama ini,” sepenggal ungkapan putra Dewi Yul ini.

 

Mendapatkan gelar Associate of Science, Bachelor of Science, dan Master of Science adalah sebuah kehormatan. Dan Surya membuktikannya melalui serangkaian prestasi yang diraihnya.[]

 

Reporter: Harta Nining Wijaya

Editor      : Ajiwan Arief

 

The subscriber's email address.