Lompat ke isi utama
audiensi multipihak ideaksi

Fase Pertumbuhan Inovator Memperkuat Inovasi dengan Audiensi Multipihak

Solider.id – Risiko Bencana di Indonesia (RBI) berdasarkan kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dipetakan dalam sepuluh jenis yaitu: gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, serta banjir bandang.  

 

Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hasil kajian menunjukkan terdapat tujuh bencana yang bisa mengancam setiap saat. Ancaman untuk Kota Yogyakarta antara lain: Banjir lahar dingin, tanah longsor dan erosi, banjir, wabah penyakit, kegagalan teknologi, dan cuaca ekstrem.

 

Bencana lain yang mengintip Kabupaten Sleman mulai dari erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan hingga kebakaran.

 

Baca Juga:Pentingnya Pembekalan Advokasi bagi Inovator Lokal

 

Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya secara tektonik merupakan kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan yang tinggi di Indonesia. Kondisi alam tersebut dipengaruhi oleh letak wilayah Yogyakarta yang berada dekat zona tumbukan lempeng di Samudera Indonesia.

 

Menginisiasi Ide, Inovasi, Aksi, Inklusi (IDEAKSI) dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana

Becermin pada kerawanan akan bencana di DIY khususnya dan di Indonesia umumnya, dibutuhkan investasi dalam pengurangan risiko bencana (PRB) untuk ketangguhan masyarakat.

 

YAKKUM Emergency Unit (YEU) bersama sembilan inovator IDEAKSI sejak Agustus 2021 telah melahirkan sembilan inovasi dan menambah daftar inisiatif PRB yang telah ada sebelumnya. Inovasi yang dikembangan menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan konteks lokal melalui pendekatan adaptif, inklusif, dan berbasis masyarakat (community-led) yang efektif dalam upaya mengembangkan solusi PRB di komunitas.

 

Hingga saat ini, rangkaian kegiatan IDEAKSI memasuki tahap (stage) growth atau fase pertumbuhan. Inovasi yang telah ada akan terus diperkuat dan ditingkatkan secara cakupan area implementasinya maupun pada fungsi-fungsi dari inovasinya.

 

“Di DIY, terdapat banyak ancaman risiko bencana mulai dari risiko bencana tingkat tinggi, risiko bencana menengah, hingga risiko bencana rendah. Kekuatan masyarakat lokal pun masih kental dengan sikap suka bergotong royong, bekerja sama, serta kekuatan forum-forum yang banyak. Untuk itulah program IDEAKSI ini dibuat,” ungkap Jessica Novia, Manajer Proyek IDEAKSI.

 

Dalam PRB yang inklusif ini diperlukan adanya unsur partisipasi kelompok paling berisiko, yaitu: difabel serta lansia yang kadang belum dilibatkan dalam perencanaan, baik partisipasi kebencanaan maupun pemilihan jalur evakuasi atau saat diperlukan kesiapsiagaan dalam bencana. Selain itu, partisipasi juga perlu untuk meningkatkan efektivitas tanggap bencana, dan mendorong pelibatan mereka sebagai pengambil keputusan.

 

Audiensi Multipihak dalam Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana Inklusif Berbasis Komunitas

Dukungan aktor pentahelix, dalam hal ini adalah pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat, sangat dibutuhkan terkait urusan PRB yang merupakan tanggung jawab bersama.

 

Sebagai ruang pertukaran informasi serta diseminasi inovasi-inovasi IDEAKSI serta memperkuat peran-peran kolaborasi maupun koordinasi dalam penanggulangan bencana, YEU mengadakan audiensi bersama multipihak sebagai ruang pertukaran informasi serta diseminasi inovasi-inovasi IDEAKSI yang memperkuat peran kolaborasi maupun koordinasi PRB yang inklusif di DIY.

 

Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Selasa (14/3) di Prime Plaza Hotel Jogjakarta, Caturtunggal, Kabupaten Sleman, dan Kamis (16/3) di Hotel Santika Gunungkidul, DIY.

 

Dalam audiensinya, inovator yang hadir menampilkan praktik baik terkait inovasi PRB inklusif berbasis masyarakat. Tujuan lainnya, untuk merefleksikan dan mendokumentasikan perjalanan selama perkembangan ide inovasi kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana, meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan inovasi PRB yang inklusif, serta diseminasi rekomendasi menjajaki peluang kolaborasi.

 

 

Audensi ini juga menjadi jembatan penghubung bagi inovator untuk melakukan kolaborasi dengan pemerintahan dari tingkat desa, daerah, hingga pusat, termasuk lembaga maupun organisasi yang saling keterkaitan.

 

Seperti yang disampaikan inovator Doddy Kaliri dari DIFAGANA (Difabel Siaga Bencana) DIY dengan aplikasi DIFGANDES maupun Cindy dari Perkumpulan Lingkar dengan aplikasi RaDiuS, akses untuk berkolaborasi dengan pemerintah pada awalnya dirasakan masih mengalami kesulitan.

 

Sementara itu, M. Taufiq Arrahman dari Bappeda DIY memberi catatan terkait inovasi yang telah ada. Menurutnya, secara perspektif inovasi tersebut sudah cukup jelas sasarannya, bahkan sudah sangat membantu negara karena untuk difabel dan lansia sudah terpenuhi hak-haknya melalui inovasi yang diciptakan.

 

Untuk inovasi yang berbasis aplikasi, keamanan data, penggunaan, maupun jenis layanannya berdasarkan feedback dari pengguna ke depannya dapat digunakan untuk ekspansi.

 

“Untuk jenis aplikasi mungkin perlu diproteksi atau dilindungi datanya. Perlu dipikirkan terkait keamanan data ini mulai dari keamanannya, penyimpanannya di server,” saran Taufik.

 

Ia juga mengusulkan saat aplikasi sudah digunakan, inovator dapat berkolaborasi dengan Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) untuk memfasilitasi keamanan data dari aplikasi yang dikembangkan. Terkait admin pun disinggung agar ada pembeda antara pengelola admin di lapangan dan supraadmin.

 

Inovasi lain berbentuk ilmu sosial yang mempertimbangkan ‘apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat’ adalah seperti inovasi dari Merapi Rescue Community (MRC) dengan alat pandu cahaya dan suara sepanjang jalur evakuasi ke titik kumpul yang inklusif di tiga dusun, yaitu (1) Dusun Tritis, Kalurahan Girikerto, Turi, (2) Dusun Wonorejo, Kalurahan Sariharjo, Pakem, Sleman, dan (3) Dusun Tlogowatu, Kemalang, Klaten.

 

PB Palma Gereja Kristen Jawa (GKJ) Ambarrukma juga hadir dengan inovasinya, tanggap kedaruratan banjir Sungai Gadjah Wong melalui kesiapsiagaan dan penanganan bencana yang efektif dan inklusif. Dan juga Inovator dari Sekoci yang berinovasi pada Orientasi Jalinan Keluarga Angkat Darurat (SINARKARAT).

 

Arini dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) DIY, memberikan apresiasi atas temuan inovasi berbasis aplikasi maupun berbasis social science. Ia juga menyampaikan agar para inovator dapat berkolaborasi dengan para peneliti. Ada tiga puluh orang peneliti yang dulunya dari Kementerian Sosial di DIY untuk social science dan ada juga peneliti dari Kominfo untuk inovasi aplikasi.

 

Dari Forum PRB DIY dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, pihaknya menyampaikan agar untuk penguatan keberlanjutan inovator dapat berkolaborasi dengan Forum Corporate Social Responsibility (CSR) yang ada di DIY. Selain itu, ia juga menyampaikan di DIY ada dana keistimewaan yang dapat diakses. Untuk inovasi-inovasi yang sudah ada bisa didaftarkan ke HaKI sebagai Hak atas Kekayaan Intelektual dari inovator yang ada di DIY.[]  

 

Reporter: Srikandi Syamsi

editor      : Ajiwan Arief 

The subscriber's email address.