NPC Bantul Tuntut Kesetaraan Hak Pada Pemerintah Kabupaten
Solider.id, Bantul - National Paralympic Committee (NPC) Kabupaten Bantul pada hari ini, Kamis (16/3) menerima penyerahan bonus atlet untuk ajang Asean Para Games (APG) XI 2022 dan Pekan Paralimpik Daerah (PEPARDA) III DIY 2022 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul secara simbolis. Acara berlangsung di Pendopo Pemda II Manding, Bantul. Sekitar 90 orang, yang terdiri dari atlet, pelatih, pendamping, dan pengurus NPC Kabupaten Bantul hadir pada agenda tersebut.
Kali ini sebanyak 62 atlet akan menerima bonus Peparda dengan rincian nominal 6.000.000 untuk medali emas, 3.500.000 untuk medali perak, 1.500.000 untuk perunggu, serta 500.000 untuk atlet Peparda yang tidak meraih medali. Selain itu juga terdapat 5 atlet yang mendapatkan bonus untuk ajang APG. Untuk perbandingan, pada agenda PORDA DIY 2022 (atlet non difabel), Pemerintah Kabupaten Bantul memberikan bonus sebesar 15.000.000 untuk peraih medali emas, 7.500.000 untuk medali perak, dan 2.500.000 untuk medali perunggu.
Sementara, Pada PEPARDA III DIY 2022 yang lalu, NPC Bantul kembali merebut juara umum untuk ketiga kalinya. Dalam sepanjang sejarah PEPARDA, NPC Bantul belum terkalahkan, NPC Bantul telah memberikan nama baik kepada Kabupaten Bantul. Namun, dalam apresiasi pemerintah Kab. Bantul belum tercermin kesetaraan yang diberikan kepada atlet difabel. Hal ini terlihat dari diskriminasi dan pembedaan dalam hal pemberian bonus.
Belum lagi jika dibandingkan dengan apresiasi dari pemerintah Kabupaten/Kota yang lain, yang notabene bukan juara Peparda. Kepada atlet PEPARDA 2022, Kabupaten Kulon Progo memberikan bonus 15 juta untuk peraih medali emas, 7 juta untuk perak, dan 4 juta untuk perunggu. Kabupaten Sleman memberikan bonus 16 jt untuk emas, 7 juta untuk perak, dan 4,5 juta untuk perunggu. Gunung Kidul: 12.5 juta untuk medali emas, 4 juta untuk perak, 1 juta untuk perunggu. Kota Yogyakarta: 16 juta untuk emas, 6.5 juta untuk perak, dan 2,5 juta untuk perunggu.
Atas dasar tersebut, NPC Kabupaten Bantul menyatakan sikap untuk menuntut kesetaraan hak atlet difabel Bantul. Seperti diketahui, Kabupaten Bantul sudah mencanangkan sebagai Kabupaten yang Ramah Difabel. Hal ini tertuang di dalam Visi-Misi Kabupaten Bantul, tetapi ternyata itu hanya sebatas slogan, belum benar-benar menjadi Misi yang diimplementasikan dalam tata kelola Kabupaten Bantul. Kabupaten yang terletak paling selatan di provinsi DIY ini juga sudah memiliki regulasi tentang difabel, yaitu Perda No. 3 Tahun 2021 tentang Pemenuhan Hak-Hak Difabel. Bahwa difabel memiliki hak yang sama sebagai warga masyarakat, yang haknya tidak hanya dilindungi oleh Perda, tetapi oleh regulasi lain di atasnya, yaitu UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. “Kami menuntut hak untuk disetarakan dengan atlet non difabel. Kami sudah berjuang semaksimal mungkin untuk Kabupaten Bantul, dan hasilnya sudah nyata. Kami juara umum untuk yang ketiga kalinya. Tapi mengapa Pemerintah Kabupaten Bantul masih membedakan kami dengan atlet non difabel? Misi Kabupaten Bantul “Ramah Difabel”, lalu Perda tentang Pemenuhan Hak Difabel, harusnya tidak hanya sebatas di atas kertas, tapi harus diimplementasikan. Kami tidak akan berhenti sampai di sini, kami akan perjuangkan. Kami juga akan audiensi dengan DPRD. DPRD sebagai wakil kami, seharusnya mampu menyuarakan aspirasi kami,” terang Yulianto, Ketua NPC Kabupaten Bantul.
“Harusnya Pak Bupati ingat waktu kampanye dulu, menjanjikan kepada difabel akan diberikan hak yang sama. Tapi mengapa sekarang lupa? Mengapa difabel masih dibedakan?” imbuh Sulistyo, salah satu atlet NPC Bantul yang pernah menghadiri kampanye calon Bupati Abdul Halim Muslih pada tahun 2020 yang lalu.
Setelah dari Pendopo Pemda Manding, rombongan akan melakukan konvoi menuju gedung DPRD Kabupaten Bantul. Meskipun ada informasi bahwa seluruh anggota DPRD sedang ada agenda ke luar kota, namun tidak menyurutkan para pencari keadilan ini untuk menyampaikan aspirasinya yang akan ditinggalkan berupa tulisan-tulisan di sekretariat.[]
Reporter: Hendra D
Editor : Ajiwan Arief