Posbindu; Upaya Sehat Ala Difabel Desa
Solider.id – inklusi dari lingkungan desa sudah sekira hamir satu dasawarsa digaungkan. Upaya mewujudkan kesetaraan bagi difabel dan kelompok rentan dari lingkungan terkecil di masyarakat ini tak bisa berjalan mulus jika para pegiatnya tidak terliterasi dengan isu Kesehatan. Berbagai upaya wujudkan desa yang inklusif membutuhkan kondisi Kesehatan pikiran dan fisik yang prima. Tanpa Kesehatan fisik dan jiwa yang prima, maka upaya perwujudan kesetaraan dan inklusifitas di rahan desa akan sedikit banyak terhambat. Oleh karenanya, sejumlah pegiat difabel di desa tak henti-hentinya mengupayakan agar isu Kesehatan menjadi isu prioritas dalam tiap gerakan yang mereka lakukan.
Seperti halnya KDK (Kelompok Difabel Kalurahan) Padimulyo. Kelompok Difabel ini mengadakan pertemuan rutin pada hari Kamis, 23 Februari 2023 Silam. Bertempat di Kalurahan Trimulyo, pertemuan itu mengusung tema “Sosialisasi Penyakit Tidak Menular dan Sosialisasi Bimtek Posbindu” untuk program setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 warga difabel yang berada di wilayah Trimulyo.
Acara yang menghadirkan 4 narasumber utama ini dibuka dengan sambutan oleh Ketua KDK Padimulyo, Abas, yang selanjutnya dilanjutkan dengan sambutan Tutik selaku perwakilan dari Sigab Indonesia.
Dokter Pipit, narasumber dari Puskesmas Jetis 1 yang juga sebagai narasumber pertama menjelaskan mengenai pengenalan Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Menurutnya, Hipertensi ini pada umumnya sangat rentan terjadi pada lansia. Meski begitu, terdapat beberapa cara untuk mencegahnya.
“Hipertensi dapat dicegah dengan mengelola emosi, tidak merokok, mengontrol berat badan, memeriksa tekanan darah, menghindari olahan daging kambing, mengurangi konsumsi garam, istirahat yang cukup”, ujarnya pada saat pemaparan materi.
Ita, selaku pemateri kedua menjelaskan lebih mendetail mengenai pentingnya diadakan skrining kesehatan kepada warga disabilitas melalui Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) setiap bulannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan pendampingan dan juga membantu pengecekan kesehatan warga yang mengalami disabilitas. Dari kegiatan Posbindu ini akan terukur kualitas kesehatan masyarakat difabel.
“Skrining kesehatan itu pemeriksaan kesehatan yang sangat disarankan untuk mencegah penyakit kronis”, papar Ita.
Pada sesi akhir sosialisasi, Friska dan Nurul memberikan panduan dan penjelasan mengenai praktik Posbindu. Harapannya, setelah sosialisasi ini selesai, KDK Padimulyo dapat melakukan pendampingan masyarakat difabel secara mandiri.
Acara sosialisasi ini diakhiri dengan pemberian kuesioner kepada peserta. Namun, pada sesi ini masih banyak peserta yang kebingungan dengan pertanyaan yang diajukan didalam kuesioner tersebut. Hal ini bisa menjadi evaluasi sosialisasi kedepannya.
Beberapa hari sebelumnya, Kelompok Difabel Kelurahan di wilayah lain juga melakukan pertemuan rutin pada tanggal 21 Maret 2023 di aula Kelurahan Patalan. Pertemuan membahas tentang Bimbingan Teknis Pos Pembinaan Terpadu (Bimtek posbindu) dari Puskesmas Jetis 2. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat bisa ikut serta dalam kegiatan Posbindu dalam rangka deteksi dini dan skrining kesehatan, untuk mencegah penyakit tidak menular (PTM). Pertemuan kali ini dihadiri oleh Agus selaku Kamituwa, dokter, teman-teman SIGAB, dan perwakilan dari PPM (Praktik Pemngembangan Masyarakat) dari UIN dan warga yg berjumlah sekitar 40 orang.
Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) terintegrasi, serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Kegiatan Posbindu ini menyasar pada kalangan usia produktif, yaitu usia 15-59 tahun. Factor resioko terdiri dari 2 macam, yaitu factor resiko yang bisa dicegah (merokok, begadang, kurang aktivitas fisik dll) dan faktor resiko yang tidak bisa dicegah (umur dan jenis kelmin).
Faktor resiko jika tidak diperhatikan atau tidak dikontrol maka akan menyebabkan komplikasi ke penyakit jantung, ginjal dan struk. Jadi dengan adanya Posbindu yang merupakan salah satu kegiatan pengembangan masyarakat yang nantinya akan membantu untuk mengontrol factor resiko agar tetap normal. Yang bisa diusahakan sendiri untuk mengontrol factor resiko seperti aktifitas fisik yang cukup, makan buah, makan makanan yg sehat, dan istirahat yg cukup.
Dalam kegiatan Posbindu, terdapat 5 meja yang terdiri dari
- Pendataan
- Pengukuran (berat/tinggi badan, tekanan darah, lingkar pinggang/panggul, dan gula dara)
- Pemeriksaan
- Konseling
- Pencatatan kemudian laporan
Dalam kegiatan Posbindu tidak ada pengobatan langsung, misal ada gejala akan dirujuk ke puskesmas.
Selain pengawalan Kesehatan bagi pegiat dan masyarakat difabel setempat, beberapa kelompok difabel kelurahan juga lakukan sejumlah aktivitas untuk mencegah gizi buruk dan stanting pada anak. Meski kondisi difabel tetap didorong agar dapat berpartisipasi di masyarakat, namun pencegahan tetap harus dilakukan hingga menyentuh masyarakat di pedesaan.
Sadar akan pentingnya deteksi dini dan pencegahan gizi buruk, Kelompok Disabilitas Kalurahan atau yang sering disingkat dengan KDK Sumberagung bekerjasama dengan Puskesmas dan Sigab, kembali mengadakan seminar dengan tema besar yaitu kesehatan anak disabilitas yang bertujuan untuk menuntaskan masalah Stunting dengan mengangkat judul gizi pada anak difabel. Acara yang dilaksanakan di Gedung Kalurahan Sumberagung ini dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan selesai. Acara ini dihadiri oleh para orangtua yang memiliki anak difabel beserta anaknya, pengurus KDK, perwakilan dari Sigab serta sejumlah mahasiswa yang sedang praktik pengembangan masyarakat. Scara spesifik, sasaran kegiatan ini ditujukan bagi anak difabel.
Seminar gizi diadakan untuk memberikan edukasi bagi orangtua yang memiliki anak difabel. Acara dibuka dengan mengisi daftar hadir dan pre-test oleh orangtua. Acara ini di moderatori oleh Febri selaku pengurus dari KDK. Kegiatan seminar dimulai dengan sambutan dari ketua KDK, Jayadi. Dalam sambutannya Jayadi memaparkan bahwa ada 262 difabel di Kalurahan Sumberagung. Untuk bulan Februari, seminar ini diadakan bagi anak difabel. Hal ini karena pemberian gizi yang baik dan seimbang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sambutan ditutup dengan ucapan terimakasih kepada kalurahan, puskesmas, sigab dan pengurus KDK yang mendukung berjalannya acara ini.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Arum, salah satu dokter di Puskesmas Sumberagung. Dalam paparannya, ada beberapa permasalahan pada saat makan diantaranya:
- Pilihan makan sedikit
- Gangguan pencernaan
- Tantrum saat makan
- Pilih - pilih makan
- Gangguan menelan dan mengunyah
- Alergi makan
- Ritual makan yang salah
Selain memaparkan permasalahan pada saat makan, Arum juga memaparkan bahwa keseimbangan zat gizi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, pemeliharaan kesehata serta aktivitas dan lain lain. Selain itu, Arum juga memaparkan tentang pemberian makan bayi serta anak (PMBA) serta gluten free casein Free (GFCF) dan lain sebagainya.
Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terdapat tiga orang penanya. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan laporan keungan oleh Tuminah selaku bendahara KDK. Acara ditutup oleh post test yang harus diisi oleh orangtua.
Reporter: Zulfa Nabila, Sheima Fittaqiya, Tim Magang UIN Sunan Kalijaga
Editor : Ajiwan Arief