Tujuh Aplikasi Transkripsi Suara bagi Tuli
Solider.id, Yogyakarta - TEKNOLOGI. Tak dapat dipungkiri, kehadiran dan perkembangannya di era digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Kecanggihan teknologi semakin memudahkan hidup manusia. Para ahli pun menciptakan berbagai peralatan dengan teknologi mutakhir yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi alih suara atau transkripsi dalam hal ini.
Teknologi transkripsi ini, menjadi salah satu sarana bagi orang dengan hambatan pendengaran (Tuli), dalam mengakses informasi. Sebagaimana peranti lunak pembaca layar yang dibenamkan pada ponsel dan laptop bagi difabel netra, aplikasi transkripsi memungkinkan Tuli mengetahui apa yang disampaikan secara lisan dalam wujud teks atau tulisan.
Dikutip dari situs Abilitynet, beberapa aplikasi transkripsi suara dihadirkan para ahli bagi Tuli. Hadirnya teknologi ini, dimaksudkan agar Tuli mudah atau dapat memahami informasi secara mandiri. Beberapa aplikasi pengubah suara tersebut, di antaranya:
Pertama, Google Transkripsi Instan atau Google Live Transcribe. Teknologi dalam bentuk aplikasi satu ini, mampu menampilkan transkripsi ucapan atau pidato secara langsung ke dalam tulisan. Suara yang ditangkap oleh mikrofon telepon akan muncul sebagai teks pada layar ponsel. Aplikasi ini dapat mentranskrip 77 bahasa. Dalam pemanfaatannya, pengguna atau user membutuhkan koneksi internet.
Kedua, AVA. Aplikasi ini merupakan teknologi pembaca bibir yang dilakukan melalui ponsel. Cara kerjanya, seseorang menunjukkan gerak bibir pada kamera ponsel kemudian akan muncul apa yang disampaikan dalam bentuk teks di layar. Transkrip tulisan itu dapat dibagikan kepada sekelompok difabel Tuli, yang berada dalam satu forum.
Ketiga, Rogervoice. Adalah aplikasi yang menghasilkan transkripsi langsung dalam sebuah panggilan telepon. Peranti lunak ini mampu menyuguhkan teks ke lebih dari 100 bahasa dan hasilnya bisa didapat seketika. Adapun keunggulan aplikasi ini adalah, Tuli dapat berkorespondensi langsung dengan orang yang berbeda bahasa.
Keempat, Voxsci. Ialah aplikasi transkripsi dari ucapan ke dalam bentuk teks. Voxsci dapat digunakan bersama email sebagai tempat penyimpanan sekaligus berbagi dokumen transkrip.
Kelima, TapSOS. Yakni sebuah aplikasi yang menawarkan layanan bagi Tuli berkomunikasi dengan layanan darurat, tanpa perlu bicara atau mendengar. TapSOS sangat visual dengan metode layar sentuh untuk memilih opsi yang dibutuhkan. Meski awalnya dirancang untuk Tuli, ternyata aplikasi ini juga dapat digunakan oleh seseorang, yang mengalami kesulitan bernapas atau yang berada dalam situasi darurat.
TapSOS, dapat menyimpan riwayat medis individu dan informasi pribadi di perangkat penggunanya. Selanjutkan akan mengirimkannya langsung ke layanan darurat. TapSOS menggunakan GPS untuk menunjukkan keberadaan penggunanya.
Keenam, Braci Sound Alert. Aplikasi Braci Sound Alert memungkinkan Tuli merekam suara di lingkungan sekitarnya. Aplikasi ini juga mampu memberikan peringatan visual atau melalui getaran pada ponsel Tuli. Peringatan tersebut bekerja saat sensor di aplikasi mengidentifikasi suara tertentu. Sebagai contoh ketika alarm berbunyi atau saat bel pintu bordering.
Akses internet terbuka
Ditemui solider.id, Laksmayshita dan Sunarjati Ahlan, keduanya tuli. Mereka berbagi pengalaman terkait teknologi transkripsi. Teknologi dalam bentuk aplikasi transkripsi itu, diakui keduanya sangat membantu. Terutama ketika berada dalam lingkungan, yang tidak ada penterjemah Bahasa isyarat.
Shita dan Ahlan mengaku dimudahkan dan bisa mandiri saat berada di area publik.
“Masih banyak orang yang tidak paham dengan Bahasa Tuli, yaitu Bahasa isyarat. Hadirnya beberapa aplikasi transkripsi, dapat memudahkan kami, para Tuli,” ungkap Shita.
Sepakat dengan Shita, Ahlan mengatakan bahwa teknologi transkripsi tersebut telah menjadi celah yang baik bagi dirinya yang tuli. Celah yang memberikan kesempatan bagi para tuli, dapat berpartisipasi di tengah-tengah masyarakat. “Dengan teknologi transkripsi, kami tidak khawatir ketika tidak ada juru Bahasa isyarat,” ujar Ahlan, Jumat (24/2).
Shita pun menyampaikan, bahwa saat ini ada banyak pilihan aplikasi pengubah suara. Tak hanya enam, kata dia. Tuli dapat memilih yang sesuai dengan kebutuhan. Perlu disesuaikan pula dengan kapastitas atau memori gawai tiap-tiap pengguna.
Bahkan, Shita juga berbagi informasi adanya universitas swasta di Yogyakarta, yang telah mampu menciptakan dan menggunakan teknologi transkripsi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, yang tak lain kampus yang telah mengantarkan dirinya lulus sebagai sarjana strata satu (S1).
Aplikasi Soemeh, namanya. Ini aplikasi ketujuh, kata Shita. Aplikasi ini dirancang dan diciptakan untuk mahasiswa Tuli dapat mandiri mengikuti perkuliahan. Soemeh dapat menterjemahkan suara dosen di kelas melalui layar lebar di depan kelas.
Transkripsii dua arah
Sebuah catatan diberikan Laksmayshita. Bahwa, semua aplikasi transkripsi yang ada tersebut masih satu arah. Yaitu hanya menangkap suara dan menterjemahkannya untuk Tuli. Akan lebih menggembirakan lagi, jika ahli menghadirkan teknologi yang bisa dua arah. Yaitu menterjemahkan suara ke dalam teks, serta menterjemahkan Bahasa isyarat ke dalam teks atau suara.
Pada akhir perbincangan, selain berharap adanya teknologi dua arah. Shita pun menyampaikan bahwa ketersediaan internet menjadi penting. Sebab, teknologi transkripsi dapat dipergunakan bergantung pada ketersediaan internet. “Tidak cukup hanya tersedia, lanjut Shita. Namun juga internet yang terbuka, yang dapat diakses di mana-mana. Terutama di berbagai pelayanan publik. Apakah milik negara, maupun swasta,” pungkasnya.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief