Google Hadirkan Fasilitas Ramah Difabel Melalui Teknologi Digital
Solider.id, Yogyakarta -DIFABEL. Mereka memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sebagaimana warga negara pada umumnya. Di Indonesia, kesetaraan dan kesamaan hak telah diatur melalui Undang-undang No. 8 Tahun 2016, tentang Penyandang Disabilitas. Yang selanjutkan dirinci (breakdown) ke dalam tujuh peraturan turunan, agar dengan mudah dapat diimplementasikan.
Menengok ke belakang, Pemerintah Indonesia telah menandatangani Convention on the Right of Person with Disability (CRPD) pada 30 Maret 2007. Selanjutnya meratifikasi konvensi internasional tersebut pada 30 November 2011. Ratifikasi ini ditandai dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tanggal 10 November 2011.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun telah menetapkan Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap 3 Desember, sejak pada tahun 1992. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya isu difabel dan memberikan dukungan terhadap pemberdayaan kemampuan dan kesejahteraan difabel.
Namun demikian, implementasi atas konvensi, undang-undang 8/2016 dengan peraturan turunannya masih harus terus dikawal. Seringkali, difabel dianggap sebagai warga yang tidak produktif. Tidak memiliki kemampuan melakukan tugas dan tanggung jawab. Dampaknya, difabel cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah, kesempatan kerja minim, serta akses terhadap fasilitas umum terbatas.
Sementara, di era digital saat ini, teknologi menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, tanpa kecuali difabel. Teknologi berbasis digital pun, menjadi elemen dasar yang dimanfaatkan oleh manusia untuk mengetahui berbagai hal mengenai proses pengembangan diri dalam segala aspek kehidupan.
Kemajuan teknologi seharusnya dapat memudahkan difabel mengakses fasilitas publik.
Fitur ramah difabel
Lain di ranah nasional, lain pula dengan tataran global. Google, dalam hal ini. Perusahaan raksasa Amerika Serikat khusus pada jasa dan produk Internet, baru-baru ini membuat fitur ramah difabel. Bekerja sama dengan para pengguna dengan hambatan penglihatan (tottaly blind) dan rabun, google telah membuat fitur 'Guided Frame' untuk Pixel 7 dan Pixel 7 Pro.
Fitur ini mencakup umpan balik audio yang tepat. Serta umpan balik haptic (getaran) untuk membantu orang mengambil gambar yang sempurna, tanpa perlu melihat gambar yang ditampilkan di layar.
Google juga bermitra dengan Molly Burke. Salah seorang difabel, aktivis hak difabel, content creator (pembuat konten), juga pembicara, dalam meluncurkan fitur aksesibel tersebut. Dikemas dalam sebuah film, Molly Burke menampilkan cara kerja fitur akses tersebut.
Sebagaimana dilansir wikipedia.com, Molly Burke adalah pembicara motivasi Kanada. Dia didiagnosis dengan Retinitis Pigmentosa pada usia empat tahun. Karenanya, Molly Burke kehilangan penglihatannya selama masa kecilnya. Meskipun melalui banyak kesulitan dan tantangan, Molly tumbuh dengan berbagai kisahnya yang menghangatkan hati.
Sebagai pembicara, Molly Burke telah berkeliling dunia, berbicara kepada audiens sebanyak 20.000 orang. Dia telah berkolaborasi dengan orang-orang seperti Malala Yousafzai, Demi Lovato, dan Martin Luther King III untuk beberapa nama. Pada tahun 2017, ia menjadi model utama untuk kampanye iklan internasional Dove. Molly Burke juga sangat populer di media sosial. Saluran YouTube self-titled-nya telah mengumpulkan lebih dari 1,4 juta pelanggan.[ ]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief