Lompat ke isi utama
ilustrasi downsindrome

Mengenali Empat Jenis Disabilitas Intelektual yang Bisa Dialami Anak

Solider.id. Yogyakarta -  Anak dengan difabel inteletual, dari sisi kecerdasan memiliki perbedaan dengan anak nondifabel. Anak dengan kondisi difabel intelektual, ditandai dengan kecerdasan atau kemampuan mental di bawah rata-rata. Anak-anak dengan kondisi ini, akan mempelajari keterampilan baru dengan cara yang sangat lambat, dibandingkan dengan orang-orang lainnya.

 

Ada beberapa jenis difabel  intelektual yang terjadi pada anak-anak. Di antaranya, Sindrom Fragile X, Down syndrome, keterlambatan perkembangan, dan Sindrom Prader-Willi (PWS). Hal tersebut dikemukakan oleh dr. Bobtriyan Tanamas, pada artikel yang dirilis di laman website Klikdokter.

 

Sindrom Fragile X

Sindrom ini merupakan penyebab paling umum terjadinya difabel intelektual, yang diwariskan di seluruh dunia. Sindrome Fragile X merupakan kondisi genetik yang disebabkan oleh mutasi, atau perubahan struktur DNA dalam kromosom X.

 

baca Juga: Isu Difabel Intelektual dan Psikososial Lansia Masih Terabaikan

 

Dalam tulisannya, dr Bobtriyan mengatakan bahwa, orang yang lahir dengan sindrom Fragile X dapat mengalami berbagai kesulitan. Baik secara fisik, berperilaku, serta mengatur emosi. Dengan tingkat keparahan yang sangat bervariasi.

 

Beberapa tanda-tanda umum pada sindrom ini adalah sulit berkomunikasi, sering cemas berlebih, terlalu aktif, serta menunjukkan perilaku yang mirip dengan autisme. Sebagai contoh, sering mengepakkan tangan, kesulitan berinteraksi sosial, kesulitan memproses informasi, kontak mata buruk.

 

Sindrome Fragile X lebih banyak berpengaruh pada anak laki-laki. Yakni, sekitar 1 dari 3.600 kelahiran bayi dengan disabilitas intelektual laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan, bisa terjadi antara 1 dari 4.000-6.000 kelahiran.

Down Syndrome

Sindrom Down merupakan kelainan bawaan (genetik). Ditandai dengan kumpulan gejala fisik (phenotype) berupa hidung pesek, mata kecil dan sipit, telinga kecil, lidah besar, serta perawakan pendek. Down syndrome disebut juga Trisomi 21. Yaitu kelebihan jumlah kromosom 21 yang berjumlah tiga (tri), yang pada umumnya mempunyai dua.

 

Sindrom Down merupakan penyebab genetic disabilitas paling sering, yang tidak diturunkan. Yaitu 95% tidak diturunkan, sisanya 5% diturunkan. Pertama kali ditemukan oleh dokter dari Inggris bernama Langdon Down, pada 1862. Dalam risetnya, karakteristik fisik disabilitas intelektual oleh dokter Down dianggap seperti ras Mongolia.

 

Namun demikian penyebutan Sindrom Mongolia mulai ditinggalkan sejak tahun 1970. Sebab, dianggap rasis, sehingga penamaan tersebut tidak lagi digunakan.

 

World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia melaporkan bahwa, terdapat satu kejadian Down syndrome dari 1.000 kelahiran. Saat ini, diperkirakan terdapat empat juta penderita di seluruh dunia, 300.000 kasusnya terjadi di Indonesia.

 

Orang dengan sindrom ini berisiko punya masalah pernapasan serta kondisi jantung yang lebih buruk dari anak-anak lainnya. Selain itu, karakteristik fisik yang terkait dengan Down syndrome umumnya berupa adanya kemiringan mata, wajah bulat, dan perawakan yang pendek.

 

Keterlambatan Perkembangan

 

Keterlambatan perkembangan ditandai dengan perkembangan anak yang tidak sesuai usianya. Misal ketika anak-anak seusianya sudah bisa berjalan dan berbicara namun anak dengan keterlambatan perkembangan belum.

Terkadang, anak-anak dengan keterlambatan perkembangan ini tidak berbicara, bergerak, atau berperilaku sesuai dengan usia mereka. Alhasil, ini sangat memengaruhi pembelajaran dan pendidikan mereka.

 

Sedang, sindrom Prader-Willi (PWS) adalah kelainan genetik langka, yang menyerang sekitar 1 dari 10.000-20.000 orang. Disabilitas ini cukup kompleks dan disebabkan kelainan kromosom 15.

 

Salah satu gejala PWS yang paling umum adalah rasa lapar yang konstan dan tak terpuaskan. Kondisi ini, biasanya dimulai pada usia 2 tahun. Orang dengan PWS memiliki keinginan untuk makan terus-menerus karena otak (khususnya hipotalamus) tidak memberitahu bahwa mereka sudah kenyang.

 

Tanda PWS bisa sangat bervariasi. Tonus otot yang buruk,  kepala kecil, bibir atas yang terlalu tipis, rambut tipis, serta perawakan pendek sering menjadi ciri khasnya. Lebih lanjut tentang tonus otot. Ialah, jumlah ketegangan atau resistensi terhadap gerakan pada otot. Tonus otot membantu untuk menahan tubuh tegak ketika duduk dan berdiri.

 

Lebih kompleks, anak-anak disabilitas intelektual dengan sindrom Prader-Willi akan mengalami berbagai kesulitan.  Di antaranya kesulitan dalam berbahasa, memecahkan masalah, juga menghitung atau matematika.[].

 

Reporter: Harta Nining Wijaya

Editor      : Ajiwan Arief

 

The subscriber's email address.