Lompat ke isi utama
animasi ilustrasi sekolah inklusif

Tahun Ajaran Baru Segera Tiba, Persiapkan ini untuk Belajar di Sekolah Inklusi

Solider.id - Sebagian orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, memilih untuk menyekolahkan putra putri mereka di sekolah reguler atau sekolah inklusif dengan berbagai alasan. Antara lain, demi kualitas pendidikan yang lebih baik, ingin mendorong dan memaksimalkan potensi yang anak mereka miliki, dan lain-lain.

 

Sekolah inklusif menjadi pilihan yang menarik, sebab dari sanalah anak-anak difabel akan dapat belajar banyak hal yang tidak  mereka dapatkan di sekolah khusus macam SLB. Membaur, berinteraksi, berkompetisi, dan bersosialisasi di lingkungan yang sama sekali memiliki atmosfer yang berbeda daripada bersekolah di sekolah luar biasa menjadi pengalaman yang berbeda bagi siswa difabel.

 

Namun, sebelum itu, ada baiknya melihat apa yang dapat dipersiapkan sebelum anak difabel bersekolah di sekolah inklusi. Mengingat anak difabel yang memiliki kebutuhan khusus,  membuat mereka memerlukan persiapan yang dua kali lebih besar daripada anak-anak yang nondifabel, penting mengetahui apa yang mereka butuhkan dan antisipasi yang diperlukan untuk itu.

 

Baca Juga: Dinamika Pendidikan Inklusi Antara Mimpi dan Minim Implementasi

Orang tua perlu memahami terlebih dahulu kemampuan, potensi, dan apa yang sebenarnya anak mereka butuhkan sebelum menyekolahkannya di sekolah inklusi. Ada hal yang acap kali luput dari perhatian orang tua, yakni kemampuan akademis dan nonakademis yang anak mereka miliki.

 

Hal ini bukan tentang diskriminasi atau mengecualikan anak difabel dengan dengan berbagai jenisnya dari hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan. Namun, memberikan apa yang mereka butuhkan jauh lebih penting daripada memukul mereka sama rata dengan sistem pendidikan, sarana pra sarana, dan akomodasi seperti anak-anak nondifabel yang  memiliki sedikit hambatan untuk belajar.

 

Jangan hanya melulu berorientasi pada hambatan seorang anak, kesetaraan, dan sekolah inklusi. Banyak yang terjebak harfiah dengan ketiga hal tersebut. Karena Ketika anak difabel, maka dia harus mendapatkan kesetaraan, dan kesetaraan itu adalah bersekolah di sekolah inklusi. Apakah memang seperti itu? Semua anak difabel memiliki kesempatan yang sama. Apakah kesempatan yang sama itu memukul rata anak difabel dan nondifabel dengan sistem pendidikan yang sama, atau hanya memberikan apa yang dibutuhkan oleh setiap anak yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing? Kemampuan, lho, ya. Bukan jenis difabelnya.

 

Anak-anak dengan kebutuhan yang lebih khusus harus berada di tempat yang tepat, yang dapat memberikan sistem pendidikan, sarana prasarana, akomodasi, dan hal-hal yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak difabel dan mengarahkan potensi yang ada dalam diri mereka.

 

Ada baiknya, orang tua yang memiliki anak difabel yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah inklusi berkonsultasi terlebih dahulu dengan psikolog pendidikan atau orang yang berkompeten dalam bidang tersebut untuk melihat kemampuan anak, potensi apa yang mereka miliki dan bagaimana mengarahkan mereka untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi itu. Apakah nanti mereka mampu beradaptasi dan bersosialisasi di sekolah reguler? Apakah mereka memang sebaiknya bersekolah di sekolah luar biasa saja? Atau  bagaimana?

 

Sistem pendidikan inklusi di Indonesia memang masih berkembang. Ia memang belum sempurna dan ideal seperti yang diharapkan. Konsep pendidikan inklusif idealnya dapat menyesuaikan dengan berbagai kondisi dan latar belakang calon siswa yang ingin belajar bersama didalamnya. Namun hal ini belum sepenuhnya terjadi di negara kita. Masih butuh banyak penyesuaian dan penyempurnaan. Dalam kasus tertentu, memang dibutuhkan pertiimbangan lebih untuk memasukkan anak ke sekolah inklusi. Tentu pendidikan yang terbaik bagi anak adalah hal yang utama, bukan semata gengsi orang tua semata.

 

Sekolah inklusi  tidak dengan serta merta memasukkan anak berkebutuhan khusus ke dalam ruang kelas berisi anak-anak nondifabel. Sekolah inklusi adalah sekolah yang memberikan timbal balik dari dan untuk anak difabel, yang dapat menciptakan apresiasi pada perbedaan dan membangun nilai-nilai inklusifitas.[]

 

Penulis: Ni Komang Ayu

Editor   : Ajiwan Arief

The subscriber's email address.