Lompat ke isi utama
kegiatan webinar gloukoma

Mengenal si Pencuri Penglihatan

Solider.id - “Siapapun kita memiliki potensi mengalami glaucoma. Karenanya diperlukan screening mata secara berkala, sebagaimana kita periksa ke dokter gigi atau memeriksa tekanan darah.” Demikian Aria Indrawati, Kabag Humas Yayasan Mitra Netra saat menyampaikan sambutannya dalam webinar yang diadakan oleh Yayasan Mitra Netra.

 

Kegiatan webinar diadakan dalam rangka memperingati hari Glaucoma internasional yang jatuh setiap tanggal 6 hingga 12 Maret, atau minggu kedua setiap bulan Maret. Bincang daring Mitra netra dilakukan agar mereka yang terdeteksi mengalami glaucoma progesifitasnya tidak terlalu cepat mengalami kebutaan, dan bagi mereka yang masih memiliki sisa penglihatan bisa dipertahankan, sehingga tetap bisa produktif menjalani hari-hari mereka terutama dalam kegiatan yang berhubungan dengan indra penglihatan.

 

Yayasan Mitra Netra sebagai yayasan pengembang dan layanan untuk difabel netra, memberikan dukungan bagi siapapun yang mengalami lemah penglihatan seperti mereka yang mengalami perasaan tidak nyaman atau sedih, bahkan pada mereka yang mengalami fase kehilangan penglihatan sehingga memiliki rasa putus asa.

 

Sebagai pembicara acara webinar menghadirkan dokter Rini Sulistiwaty, SpM., dari Jakarta Eye Centre dan Suryo Pramono, instruktur Komputer bicara di yayasan Mitra Netra, Jakarta, yang mengalami kebutaan karena glaucoma.

 

Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang glaucoma menjadikan penyakit ini menakutkan bagi masyarakat awam. Disebut sebagai si pencuri penglihatan, oleh karena itu kita harus memeriksakan diri mengingat glaucoma bisa dialami oleh siapa saja, tanpa kita merasakan gejala atau tanda-tandanya. Penting untuk diketahui masyarakat, bahwa glaucoma sifatnya tidak bisa dikembalikan seperti operasi pada katarak yang bisa kembali berfungsi. Oleh karena itu pemeriksaan rutin atau terapi diperlukan dengan tujuan mengontrol tekanan bola mata bukan untuk mengobati.

 

Disebut sebagai faktor pemicu kebutaan nomer dua didunia, Rini Sulastiwaty mmengatakan bahwa glaucoma bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor usia, adanya riwayat keluarga, adanya penyakit degenerative, karena trauma atau kelainan retina maupun karena obat-obatan.

 

Glaucoma sendiri memiliki dua jenis kondisi yakni glaucoma primer yang bisa dikarenakan faktor bawaan atau gen, sementara jenis glaucoma sekunder bisa dikarenakan penyakit seperti ada riwayat operasi, karena infeksi, karena obat-obatan atau karena trauma.

“Tanpa sebab pasti yang tidak dapat diketahui karena multifaktorial, maka gejala atau tanda yang dirasakan pasien glaucoma biasanya tidak dapat dirasakan atau tanpa gejala. Bahkan pasien bisa tidak sadar bahwa dia sakit, dengan kondisi penglihatan buram dan riwayat sering menabrak. Pada kondisi akut menyebabkan mata merah dan nyeri, disertai rasa mual dan muntah. Pada kelainan sistemik bila tidak segera ditangani dapat melemahkan kondisi pasien.” Lanjut Rini yang menyampaikan bahwa pasien dengan glaucoma akan mengalami Tunnel Vision dengan berkurangnya lapang pandang ke samping, atau seperti melihat dari lubang kunci.

 

Selalu menegaskan kepada pasiennya, Rini Sulwtiwaty mengatakan bahwa mereka yang mengalami glaucoma bukan berarti akhir dari dunia, karena ada banyak mereka yang mengalami glaucoma bisa menjalani hidup yang berkualitas melalui bantuan medis dan nonmedis. Bantuan medis bisa diberikan dalam bentuk alat bantu optic yang mendukung kegiatan sehari-hari. Sementara pada bantuan nonmedis bisa diberikan support terhadap dampak psikologis bagi pasien.

“Mereka yang mengalami glaucoma bukan berati tidak bisa mandiri dan tidak produktif. Mereka bisa memberi arti dan manfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat dengan memberikan pemahaman terhadap makna dalam keterbatasan.” Papar Rini yang mencontohkan Yayasan Mitra Netra yang dalam pelayanannya bisa memberikan bantuan non medis pada mereka yang mengalami kebutaan karena glaucoma.[]

 

Reporter: Yanti

Editor      : Ajiwan Arief

 

The subscriber's email address.