Mengail Rejeki di Kala Pandemi Covid-19
solider.id, Yogyakarta,- Pada malam hari di sebuah warung kopi Dewa Garden dengan alunan lagu jawa, saya hendak bertemu dengan seorang pemuda difabel yang tengah bercakap-cakap dengan teman sebayanya. Ketika saya memanggil namanya, ia menoleh dan mencari sumber suara.
Saya mengenalkan diri dan disusul dengan perkenalan darinya. Namanya Gilang Rizki Hendrayana, seorang pemuda difabel netra dari lagir dan bertumbuh di Brebes. Ia merupakan mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) UIN Sunan Kalijaga dan akan wisuda pada periode Juni 2022. “Saya memutuskan untuk bias hidup mandiri tanpa bantuan kedua orangtua,” tutur pemuda kelahiran 12 September 1997, mengawali perbincangan.
Ia mengaku sudah mampu membayar uang SPP kuliah dan uang kos bulanan dengan jerih payahnya sendiri. Keputusan tersebut diambil karena ia sadar betul akan kondisi kedua orangtuanya, terlebih terkena dampak Covid-19. Pada saat itulah, ia mulai terjun ke dunia bisnis mulai tahun 2017, ketika ia masih sebagai mahasiswa semester 1. “Saat itu di kampus jualan nasi kucing, awalnya saya malu, tapi ya dapat duit diterusin aja” ujar Gilang sembari tertawa.
Gilang juga sempat berjualan es lilin keliling sebelum akhirnya memutuskan untuk berjualan cemilan keripik. Mula-mula, ia berjualan cemilan keripik di Sunmor di kawasan UGM. Menurutnya tempat tersebut cocok dan ramai untuk berjualan makanan. Sesuai dengan perkiraannya, cemilan keripik yang dijual selalu laku keras. Selain membawa keuntungan, pengalaman tersebut juga emmberikan banyak pelajaran tentang bagaimana memulai usaha untuk kemandirian.
Pada tahun 2019 Gilang mulai melakukan pengemasan produk sendiri, sampai akhirnya ia bisa membuat Brand nya sendiri pada tahun 2021, tepatnya pada 25 Februari 2021. Brand nya sendiri diberi nama GACOR. “Gacor itu artinya gayeng cocok rasanya” timpal Gilang. Selain arti harafiah menurut Gilang, GACOR bisa juga diartikan semoga lancar dalam segala urusan. Jadi selain bisa dijadikan sebagai simbol brand, juga bisa menjadi doa untuk semuanya.
Hingga saat ini sudah ada 8 vairan dari cemilan yang diolah dan tentunya dengan harga yang dapat dijangkau kantong mahasiswa. Dari kripik pisan koin, kripik bakso goreng gurih, kripik macaroni pedas manis, dan banyak lagi. Harganya mulai dari Rp. 6.000 sampai Rp.10.000. “Kripik GACOR itu beda dengan cemilan-cemilan yang lainnya karena konsepnya isinya yang banyak, karena saya menyesuaikan dengan selera-selera mahasiswa,” ujarnya.
Pada masa sebelum pandemi, Gilang mengaku pendapatan yang dihasilkan sangat berbeda jauh dengan pendapatan dikala pandemi. Keuntungan hasil dari jualan kripik GACOR sebelum pandemi bias mencapai Rp.1.700.000 perbulan, setelah memasuki era pandemi dan kebijakan social distancing pendapatan menurun drastis.
Pandemi Covid-19 memaksa Gilang untuk berpindah lapak jualan, yang awalnya berjualan di sunmor akhirnya berpindah-pindah dari restoran satu ke restoran lainnya, sebelum akhirnya mendapatkan tempat magang di depan Plaza UNY.
Gilang mengaku, perjuangannya didasari kringinan untuk lebih mengenalkan brand produknya. Ia juga ingin menunjukkan, kemanidiran dalam berwirausaha bisa dilakukan oleh masyarakat difabel.
“Buat teman-teman yang sedang membangun apapun, mengerjakan apapun tetap semangat. Dari yang lagi kuliah, membangun bisnis tetap semangat. Mari kita berkembang bersama,” ajak Gilang.[]
Penulis: Tim Magang UIN Sunan Kalijaga
Editor: Robandi