Lompat ke isi utama
poster kegiatan KPSI

Mengenal dan Memahami Skizofrenia

Solider.id - Skizofrenia, merupakan gangguan jiwa berat yang timbul akibat interaksi faktor biopsikososial. Mereka yang mengalaminya merasakan gangguan dalam menerima dan mengolah informasi.

 

Terpilih sebagai Facebook Community Accelerator 2021 untuk perwakilan dari Indonesia, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) mengadakan webinar berseri secara khusus.

 

Sebagai webinar seri satu diangkat tema “Mengenal Dan Memahami Skizofrenia”, dengan menghadirkan pembicara dr. Gina Anindyajati, Sp. KJ. Selain itu hadir pula Niniek Lestarini, Care giver keluarga orang dengan skizofrenia dan Hady Sucarsa sebagai penyintas skizofrenia, yang akan berbagi pengalaman bagaimana mengenal lebih jauh dan memahami orang dengan skizofrenia dalam keseharian.

 

Bagus Utomo, sebagai Ketua KPSI Pusat dalam harapannya mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai salah satu upaya edukasi dengan harapan dari webinar bisa memberi dampak yang lebih luas lagi bagi masyarakat.

 

Sementara menurut Gina Anindyajati, masyarakat umum yang belum mengenal skizofrenia lebih banyak berasumsi bahwa skizofrenia adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

“Asumsi ini kalau disampaikan akan lebih tidak mengenakkan, tetapi anggapan ini ada di kepala tipa-tiap orang yang ada di sekitar kita. Selain tidak bisa disembuhkan, orang dengan skizofrenia paling sering dikatakan gila, berkepribadian ganda karena kadang tenang dan kadang-kadang kasar. Mereka dibilang agresif dan berbahaya, dan bahkan dibilang sebagai hukuman atau tumbal keluarga.”  Demikian dokter Gina menyampaikan anggapan yang banyak beredar di masyarakat. Untuk itu sebagai pemateri ia berharap agar setelah mengikuti webinar para peserta bisa mengedukasi orang-orang di sekitar tentang skizofrenia.

“Semoga kita bisa menjadi kepanjangan tangan orang dengan skizofrenia, sehingga masyarakat mengenal lebih jauh dan memahami situasi yang dihadapi oleh orang dengan skizofrenia. Dengan berbagi pengalaman dari yang bersangkutan secara langsung, kita akan mendapat pemahaman yang padu tentang realita mereka dalam keseharian.” Lanjut Gina yang menambahkan bahwa skizofrenia sudah dikenal sejak 400 tahun sebelum masehi, dimana oleh Hipocrates gangguan jiwa sudah dikenali sebagai salah satu penyakit.

 

Dalam penjelasannya Gina memberikan gambaran umum tentang skizofrenia yang dapat muncul pada usia 15 hingga 35 tahun dengan gejala yang tidak terlihat selama beberapa tahun.

“Hal ini akan mengakibatkan hambatan dalam masalah interaksi sosial hingga isolasi sosial kronis. Karenanya diperlukan pengobatan berkelanjutan agar tidak beresiko pada kekambuhan. Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah adanya halusinasi dan waham, tidak mampu merawat diri hingga mengalami gangguan dalam proses berpikir, adanya resiko bunuh diri dan perilaku kekerasan.” Terang Gina yang menyatakan bahwa kasus skizofrenia bisa terjadi dan disebabkan oleh beberapa penyebab.

 

Ada tiga penyebab utama dalam kasus skizofrenia, antara lain karena  penyebab genetic atau keturunan yang terjadi bila ada riwayat keluarga, atau adanya gangguan perkembangan otak dan mereka para pengguna napza. Pada penyebab psikologis skizofrenia disebabkan oleh peristiwa traumatik atau kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah. Sementara pada penyebab sosial dikarenakan adanya tekanan hidup, keuangan, atau adanya masalah keluarga.

 

Sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan, skizofrenia dapat dikelola dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup, karena mereka yang mengalami gejala skizofrenia biasannya akan mengalami sulit makan atau tidur.  Mereka juga tidak dapat berpikir secara jernih dan fokus serta mudah curiga, hingga perubahan suasana perasaan.

 

Maka untuk menunjang upaya penyembuhan, Gina memberikan beberapa tips dengan cara membuat dan merencanakan daftar kesukaan yang bisa dilakukan. Menghubungi keluarga, teman dan orang lain saat kambuh. Menentukan penyebab kekambuhan, perubahan pengobatan atau stress. Perlu juga melakukan kerja sama dengan tim perawatan untuk melakukan perencanaan tindakan penghentian kekambuhan.

“Jangan lupa untuk menerapkan pola hidup sehat dan melakukan pengobatan jangka panjang demi memperbaiki fungsi otak.” Tambah Gina melanjutkan.

 

Hady Sucarsa, penyintas skizofrenia mengakui bahwa dengan bergabung di KPSI ia mendapat perubahan berarti.

“Peran KPSI dalam proses pemulihan saya sangat besar. Bertahun-tahun tidak keluar rumah, mengurung diri dalam kamar dan tidak punya teman, punya handphone tapi tidak tahu teman yang mau dihubungi siapa, punya duit juga tidak tahu yang mau diajak makan siapa. Setelah ketemu KPSI pemulihan saya berlangsung cepat sekali. Apalagi perbendaharaan kata saya banyak yang hilang dan bisa dilatih lagi di KPSI.” Hadi menuturkan pengakuan.

Sementara bagi Ninik Lestarini, Care giver dari anggota keluarga dengan skizofrenia menyatakan, bahwa setelah berobat dengan tertib dan rutin dua anggota keluarganya bisa kembali   beraktivitas dalam kondisi yang stabil.

“Saya bersyukur sekali bisa bergabung dengan KPSI. Karena kebetulan saat ikut gabung di KPSI sebulan kemudian KPSI mau mengadakan seminar dengan RS Dharmawangsa. Dari sini saya mendengar dan belajar kog yang dibahas mirip-mirip kasus adik saya.  Lalu setelah itu ada acara-dengan sesama Care giver. Di sini bisa berbagi pengalaman dengan keluarga yang lain. Kita saling memberi support apa yang tidak bisa dilakukan keluarga lain kita dukung. Sungguh saya bersyukur karena dengan bergabung di KPSI saya bisa berbagi pengalaman saya yang meskipun sedikit semoga bisa berguna bagi keluarga lain.”[]

 

Reporter: Yanti

Editor     : Ajiwan Arief

The subscriber's email address.