Satu Jam Lebih Dekat, Cara Awal Berkenalan dengan Difabel Lewat Virtual
Solider.id,Yogyakarta - Secara sederhana, inklusif dapat diartikan sebagai sebuah sikap atau perilaku seseorang dalam menempatkan diri pada cara pandang orang lain sehingga timbul rasa saling memahami. Berangkat dari itu, penting bagi kita semua untuk sama-sama menyebarkan virus inklusif.
Hal tersebutlah yang kira-kira menjadi alasan kuat bagi UKM Peduli Difabel UGM dalam menggelar acara Harmoni Inklusi setiap tahunnya. Di samping untuk merayakan hari difabel internasional, Harmoni Inklusi diharap turut mendorong terwujudnya lingkungan inklusif bagi difabel baik di dalam maupun luar UGM.
Berbeda dengan 2 tahun sebelumnya, tahun ini Harmoni Inklusi masih digelar secara daring dengan mengusung tema Abhinaya Maneka yang berarti Semangat Keberagaman. “Satu Jam Bersamamu” yang digelar pada 23 dan 24 Oktober lalu, merupakan bagian dari rangkaian acara Harmoni Inklusi 2021.
Baca Juga: Langkah UKM Peduli Difabel dalam Mengantisipasi Kekerasan Seksual
Bagas Yahder B. N. A. R. H., Ketua UKM Peduli Difabel, menyampaikan jika acara itu bertujuan sebagai wadah bagi masyarakat luas agar dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-teman difabel.
“Dalam acara ini, peserta terdiri dari anggota UKM, non UKM dan dari luar UGM yang berkesempatan berkomunikasi langsung dengan teman difabel menggunakan fasilitas break out room pada platform Zoom. Masing-masing break out room akan diwakili oleh satu teman difabel yang akan didampingi oleh satu panitia untuk memimpin sesi sharing bersama 4 sampai 6 orang peserta,“ jabarnya.
Lebih lanjut, Bagas menambahkan jika dalam sesi itu peserta dapat berkenalan, memberikan pertanyaan dan berbagi pengalaman bersama teman-teman difabel. Adapun teman-teman difabel yang diundang berasal dari berbagai macam komunitas dan entitas. Tercatat, ada 12 breakout room di Hari Sabtu dan 7 di Hari Minggu. Dengan total 26 teman difabel dan 60 peserta yang turut berpartisipasi dalam memeriahkan acara itu.
Bagas menyoroti melalui acara ini menjadi bukti nyata bahwa praktik-praktik penyebarluasan virus inklusif dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. “Sekadar mempertemukan antara difabel dan non difabel secara daring misalnya. Sebab yang terpenting dapat menumbuhkan nilai-nilai inklusivitas dan sikap mengerti satu sama lain,“ tuturnya lebih lanjut.
Hal itu kian diperkuat oleh pernyataan Ariella Ardine, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro angakatan 2020 yang waktu itu turut hadir sebagai peserta. Ia mengaku awalnya sedikit ragu dan takut saat ingin berinteraksi dengan difabel. Namun setelah mengikuti acara ini, ia merasa mendapat sedikit kesimpulan bahwa ternyata difabel sama sekali tak sesuai dengan stigma yang seringkali masyarakat labelkan.
“Nyatanya ngga begitu kok, saat acara jujur obrolannya ngalir gitu aja. Waktu yang dialokasikan panitia selama 1 jam terasa begitu cepat berlalu. Jujur sih rasanya masih ingin berlama-lama ngrobrol. Dan menurutku ini menjadi sebuah momen berharga untuk mengenal difabel lebih dalam,“ tandasnya.
Wildan Aulia Ramadhan, salah seorang difabel netra yang tergabung dalam komunitas Braille’iant Indonesia mengungkapkan bahwa sebenarnya acaranya biasa aja, tapi tujuan dan dampaknya yang luar biasa. “Saya rasa apabila acara seperti ini bisa dimasifkan, maka bukan tidak mungkin bisa sedikit-sedikit mengubah cara pandang masyarakat yang lebih melihat kepada aspek charity,“ pungkasnya.
Meski pandemi Covid – 19 telah melanda lebih dari satu tahun, semangat untuk mengupayakan inklusiivitas harus terus digelorakan. Pembatasan kegiatan masyarakat dengan berbagai level hingga pembatasan pergerakan dan pertemuan tak membuat gentar semangat memperkenalkan difabel kepada generasi penerus. Kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM Peduli difabel jadi salah satu bukti nyata bahwa inklusivitas dapat diperkenalkan dalam tahap awal lewat pertemuan virtual. Mengobrol santai ihwal kegiatan sehari-hari bisa jadi jembatan ampuh untuk membuka sekat tebal yang selama ini mungkini masih berdiri kokoh antara difabel dan nondifabel.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan Arief