Lompat ke isi utama
ilustrasi gambar bus transjakarta berwarna biru putih

Menanti Implementasi Fitur-Fitur Ramah Difabel di Aplikasi Tije untuk Layanan Transportasi Publik Inklusif

Solider.id – Upaya pelayanan publik yang inklusif sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dalam pasal 4 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa pelayanan publik berasaskan kesamaan hak, persamaan perlakuan dan penyediaan fasilitas serta perlakuan khusus bagi kelompok rentan.

Juli tahun lalu, Jokowi menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2020 tentang Aksesibilitas terhadap Permukiman, Pelayanan Publik, dan Pelindungan dari Bencana bagi Penyandang Disabilitas yang merupakan amanat dari pasal 104 UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Pelayanan Publik yang dimaksud dalam PP ini adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pasal 17 PP ini menyebutkan ruang lingkup pelayanannya diantaranya adalah layanan publik di bidang transportasi yang mudah diakses bagi difabel, meliputi sarana dan prasarana serta teknologi yang aksesibel.
Desember tahun lalu dalam acara DTKJ Awards, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) diminta membuat kajian bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam menyosialisasikan transportasi umum bagi difabel sehingga dapat memahami penggunaan sarana dan prasarana publik khususnya transportasi sejak dini. Hal ini berguna karena memudahkan sekaligus memandirikan saat difabel mulai mengakses layanan transportasi publik.

Terkait hal ini, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2017 mengatur berbagai hal terkait aksesibilitas di sarana dan prasarana transportasi. Di Indonesia, sarana transportasi terbagi ke dalam 4 sub sektor yaitu transportasi darat, udara, laut, dan kereta api. Kementerian Perhubungan mengklaim bahwa setiap sub sektor memiliki standar minimal masing-masing dalam membangun aksesibilitas sarana dan prasarananya.

Di masa pandemi yang belum berakhir, transportasi publik yang aman dan ramah difabel menjadi kebutuhan penting, meski di beberapa daerah diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM). Menilik kebutuhan tersebut, pada tanggal 5 Februari lalu secara daring, PT. Transportasi Jakarta (Transjakarta) meluncurkan aplikasi Tije versi terbaru yang oleh Achmad Izzul Waro, Direktur Pelayanan dan Pengembangan Transjakarta, dikatakan sebagai aplikasi yang didesain khusus dengan fitur ramah protokol Kesehatan (prokes) dan nantinya juga akan ramah difabel. Sebelum aplikasi daring ini diluncurkan, penumpang sudah dapat melakukan pembayaran nirsentuh QR Code Ticketing dimana penumpang membeli tiket melalui QR code yang sudah tersedia tanpa harus melalui loket, di mana pun dan kapan pun.

 

Aplikasi ini adalah inovasi transformasi digital sebagai upaya pencegahan penularan virus Corona di DKI Jakarta. Sebelum pandemi, Transjakarta tercatat telah melayani lebih dari satu juta pelanggan per hari, namun selama masa PSBB turun menjadi rata-rata melayani 300 ribu pelanggan per hari. Layanan Transjakarta secara online ini adalah bentuk tanggungjawab Pemerintah untuk menghadirkan layanan yang maksimal terhadap masyarakat yang menjadi pelanggan tetapi juga berdampak pada segi bisnis dan pendapatan non-subsidi Pemerintah sendiri sehingga servis manajemen dan pengelolaannya menjadi penting.

Aplikasi Tije merupakan pengembangan teknologi digital dari versi sebelumnya, Tijeku, yang hanya memiliki dua fitur yakni pembelian tiket dan transfer tiket. Tije berkonsep modern dan kekinian dengan menghadirkan beberapa fitur tambahan, antara lain, pertama yaitu tampilan homepage atau beranda yang lebih simple, mudah dimengerti dan berwarna cerah. Fitur kedua, Tjari Rute, fitur ini berguna untuk merencanakan perjalanan bersama Transjakarta dengan mengetahui estimasi waktu perjalanan, posisi halte terdekat, pilihan rute yang dapat digunakan hingga lokasi transit rute Transjakarta mana saja yang beroperasi secara up to date. Fitur ketiga, Tjari Bus, memungkinkan pelanggan mengetahui posisi bus yang akan ditumpangi secara real time, serta detail armada seperti nomor body dan jenis bus. Fitur keempat, Informasi Halte Bus, untuk mengetahui informasi halte-halte baik yang beroperasi maupun yang sedang dalam proses renovasi. Ada layanan Smart Assistance yang dapat melihat waktu kedatangan bus, di samping Smart Notification yang sangat cerdas mendeteksi ketika akan memasuki halte apa pelanggan sudah punya tiket atau tidak. Kalau tidak, maka pelanggan diberitahu untuk membeli tiket karena sudah 50 meter dekat halte. Terakhir, fitur Loyalti-Je dimana ketika pelanggan mengunduh aplikasi dan melakukan transaksi dengan QR Ticket akan mendapat poin yang dalam jumlah tertentu dapat ditukar dengan merchandise dari Transjakarta.

Di tahap selanjutnya, selain ticketing nirsentuh, TransJakarta tengah merancang notifikasi suara atau audio reminder di aplikasi Tije dalam jarak dua halte sebelum mencapai tujuan akhir perjalanan. Harapannya dengan fitur ini difabel netra tidak terlewat untuk turun di halte tujuan atau ada pemberitahuan ketika sudah mau sampai ke halte dimana ia ingin turun secara mandiri. Direktur Eksekutif Transformasi Digital, Gidionton Saritua, menambahkan pihaknya tengah menggodok teknologi suara untuk tiket masuk agar ramah difabel. Teknisnya, ada kode khusus dalam tiket sehingga difabel bisa masuk dengan mengenali suara.

Pengembangan fitur- fitur tambahan ini juga memudahkan pelanggan memberi kritik dan saran berjalan secara digital. Akan ada fitur ketika pelanggan masuk ke dalam bus, aplikasi Tije bisa mengetahui pelanggan naik bus apa dan di bus itu diketahui juga pengemudinya siapa sehingga pelanggan bisa memberikan rating kepada pengemudi dan bus yang ditumpangi, misal terkait kebersihan bus. Hal ini dinilai menguntungkan TransJakarta sehingga dapat dengan mudah mendapatkan respon untuk meningkatkan kualitas layanan tanpa perlu membagikan kuesioner kepuasan pelanggan, karena pelanggan dapat melakukan penilaian secara digital dari aplikasi.

Aplikasi yang dijuluki The Next Level of TransJakarta tersedia di Google Playstore dan Apps Store dan sudah diunduh oleh 100.000 pelanggan. Harapannya, aplikasi ini dapat diakses 24 jam, sehingga memerlukan pemutakhiran berkala yang harus dilakukan oleh penyedia layanan. []

 

Reporter: Alvi

Editor     : Ajiwan Arief

The subscriber's email address.