Lompat ke isi utama
Rolling Feed and Water Nipples System for Chicken

Rolling Feed and Water Nipples System for Chicken Memudahkan Irul Beternak

Solider.id, Purworejo -Saat kandang dibuka, riuh suara ayam-ayam menyambut pemiliknya. Muchammad Khoirul Anwar biasa disapa Irul, remaja pria berusia 27 tahun, dialah pemiliknya. Menurut dia, suara ayam kampung itu kadang kala menjadi penenang di kala tubuhnya penat, menjadi hiburan di kala sendirian duduk di teras rumah.

 

Ketika mengurus ayam dan aktivitas lain usai, Irul memilih duduk sendiri di teras rumahnya. Memainkan gadget di tangannya, mencari informasi terkait budidaya beternak ayam kampung. Tak jarang dia juga melakukan survei harga ayam kampung melalui gadget miliknya. Dengan gadgetnya juga dia terhubung dengan beberapa teman-teman di organisasi difabel Tunas Mandiri Purworejo.

 

Lulusan sebuah SMK di Purworejo itu, sejak 2017 tidak lagi bisa leluasa bermobilitas. Pada 2012, saat itu 19 tahun usianya, dystonia genetic menghampirinya. Penyakit genetika langka menyebabkan kedua kakinya sulit digerakkan. Lima tahun kemudian, Irul tak lagi bisa berjalan. Untuk berpindah tempat dengan cara merambat atau merangkak.

 

Secercah harapan tiba di tahun 2019. Alat bantu berjalan (Wallker) kaki empat, akhirnya didapatkannya dari Pusat Rehabilitasi Yakkum. Dia juga mendapatkan kursi roda, tetapi karena alasan tertentu, hanya wallker yang dipilih sebagai alat bantu berpindah tempat.

 

Hobi bernilai ekonomi

Irul mengisi waktu dengan menekuni hobi lamanya, beternak. Beternak ayam   kampung dipilihnya. Aktivitas yang paling mungkin bisa dilakukannya saat ini. Sedari usia bocah hingga kelas 5 sekolah dasar, Irul sudah beternak kambing. Lantas dia memutuskan beralih dari ternak kambing ke ternak ayam kampung. Tahun 2010, hobi beternak ayam mulai benar-benar diseriusi. Kala itu ia berhasil memiliki 100 ekor lebih ayam kampung. Sebuah hobi yang bernilai ekonomi.

 

Saat ini, pemuda itu memelihara 40 ekor ayam kampung. Dengan teknik, semua ayam dipelihara di dalam sebuah rumah kandang. Di rumah kandang terdapat kandang-kandang lagi yang disusun sedemikian rupa, berderet membujur dan bersusun dua lapis. Tiap-tiap kandang berisi satu ekor ayam yang sudah besar. Sedangkan ayam-ayam yang masih kecil ditempatkan di dua kandang lainnya. Pada masing-masing kandang dilengkapi dengan tempat pangan dan mangkok tempat minuman ayam.

 

Sebanyak 40 ekor ayam ditempatkan dalam beberapa kandang. Sepuluh ekor ayam yang siap jual (sudah besar) ditempatkan di 10 kandang, 30 kuthuk (anak ayam) berada di dua kandang yang berbeda. Menurut Irul, beberapa biang (induk betina) dan pace (induk pejantan) merupakan program stimulasi dari Yakkum. 

 

Bagi masyarakat awam (nondifabel), memelihara ayam (memberi pakan dan minuman) adalah perkara mudah. Memberi pangan dan minuman dari satu sangkar ke sangkar lainnya, adalah hal yang tidak sulit. Tapi tidak bagi mereka difabel fisik.

 

Irul, salah satunya. Dia yang menggunakan alat bantu mobilitas, tak mudah baginya bermobilitas memberi makan dan minum ayam. Butuh usaha lebih, kata dia. Bahkan, Irul berkali-kali jatuh saat mengurus ayam-ayamnya. Selain kakinya yang kaku, tangan Irul juga tak berfungsi baik sebagaimana sebelum dystonia menyerangnya.

 

Kesulitan itu tidak hanya dialami Irul, tetapi juga beberapa difabel lain yang tergabung di DPO Tunas Mandiri. Beberapa di antara anggota yang hanya memiliki kemampuan duduk. Segala aktivitas dilakukan dengan duduk (kaki menekuk). Mereka memiliki problem mobilitas. Karenanya solusi yang dibutuhkan dalam beternak ayam ialah, alat  inovatif yang dapat mempermudah mereka dalam memberi pangan dan minum ternak.

 

Diskusikan problem solving

Sebagaimana yang dilakukan di DPO lain di Kabupaten Purworejo. DPO Tunas Mandiri pun melakukan hal sama dalam mensikapi permasalahan. Prinsip bahwa permasalahan bisa diselesaikan melalui diskusi, melalui tukar ide atau gagasan (brainstorming). Dilanjutkan dengan membahas jalan keluar yang solutif bagi pemilik problem.

 

Brainstorming secara dialogis dan partisipatif pun dibangun, Solusi mengatasi permasalahan kelompok dalam berternak ayam ialah inovasi alat Rolling Feed and Water nipples System for Chicken. November 2020, Yakkum memfasilitasi alat inovatif dan solutif tersebut.

 

Yoga nirwana, salah seorang karyawan Yakkum, membantu mewujudkan alat tersebut. Sebagai project percontohan dan uji coba, prototipe ditempatkan di kandang milik Irul. Rolling Feed and Water nipples System for Chicken, alat ini memudahkan Irul dalam beternak ayam.

 

Cara kerjanya mudah. Sistem feed rolling memungkinkan Irul hanya berada pada satu titik untuk memutar tuas. Maka pakan ayam akan bergulir (rolling) menuju wadah pakan, yang diposisikan di luar menempel dengan kandang. Adapun water nipples system, selain memudahkan, sistem ini juga menjaga ketercukupan air. Saat air di wadah minum habis, secara otomatis alat akan bekerja dan mengisi wadah.

 

Dibantu sang ibu dalam mengisi corong penampungan pakan atau air, Irul tinggal berada di satu titik untuk memutar tuas. Dengan sendirinya, pakan ayam akan bergulir dari ujung satu ke ujung lainnya.

“Alhamdulillah, dengan inovasi alat pakan ini saya merasa termudahkan dalam pemberian pakan ternak. Saya tidak perlu lagi harus jatuh-jatuh karena harus berjalan dari ujung ke ujung saat memberi makan dan minum ayam,” ujar Irul di kediamannya sore hari itu, Sabtu (13/3/2021).

 

Maggot dan kesehatan ayam

Maggot, atau larva lalat hitam atau black soldier fly (BSF). Adalah bahan pakan sumber protein dan energi bagi ayam kampung. Manfaat lainnya, dapat mereduksi bau atau polusi. Dengan adanya maggot, sampah organik baunya akan berkurang bahkan sampai tidak tercium. Manfaat selanjutnya adalah bisa mengontrol populasi lalat rumah. namun yang terpenting, maggot ialah sumber nutrisi yang sangat baik untuk ayam.

 

Mengetahui manfaat maggot yang bagus, Irul pun berbudidaya maggot. Diletakkan di pojok rumah dekat kandang, sebuah kotak besar dengan dinding tidak massif (kawat strimin) berada. Sebuah kotak, yang digunakan untuk budidaya maggot. Ilmu berbudidaya maggot ini, juga diperolehnya dari Yakkum.

 

Budidaya maggot tidak sulit, menurut Irul. Media utama yang digunakan ialah hanya sampah organik. Lalat hitam akan bertelur yang nantinya akan dibesarkan sampai menghasilkan larva yang disebut maggot. Kurang lebih pada umur 15 hari, maggot sudah dapat dipanen, menjadi makanan tambahan bernutrisi tinggi bagi ayam peliharaannya.

 

Sebelum diberi maggot, pada musim hujan beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, mulai bermunculan. Sebagian ayam akan tiba-tiba mati karenanya. Setelah diberi maggot, di musim penghujan terbukti ayam tetap sehat. Bahkan pada musim penghujan kali ini, tak satupun ayam Irul yang mati. Semua sehat.

 

Kematian ayam, mendatangkan kerugian ekonomi. Selain itu mengurus ayam mati cukup melelahkan. Harus memindahkan (membuang) atau mengubur ayam yang mati, terang Irul.

“Dengan diberi maggot, ayam-ayam lebih sehat. Mungkin karena moggot memenuhi nutrisi yang dibutuhkan ayam. Ayam tidak gemuk tapi sehat,” Irul dalam keterangannya.[]

 

Reporter: Harta Nining Wijaya

Editor    ; Ajiwan Arief

The subscriber's email address.