Meningkatkan Aksesibilitas Digital Bersama Suarise
Kata aksesibilitas mungkin bagi sebagian besar orang menjadi sebuah kata yang tidak lazim untuk di dengar, namun lain halnya bagi teman-teman difabel. Untuk itu kembali Dnetwork Indonesia menggelar sesi diskusi bertemakan “Aksesibilitas Media sosial Bagi Disabilitas”. Kali ini Dnetwork mengajak serta suarise sebagai sebuah organisasi yang mempunyai fokus pada hal-hal yang berkenaan dengan peningkatan aksesibilitas konten digital bagi difabel agar mereka dapat bekerja dan berkompetisi di era digital yang memungkinkan mereka untuk bekerja secara remote Sektor. Acara diskusi ini berlangsung secara online pada 4 Juli yang dipandu langsung oleh Hanny Fauziah selaku projek manager dari Dnetwork.
Suarise sendiri bergerak dibidang peningkatan kemampuan dan skill teman-teman Visually Impaired people (VIP) atau teman-teman dengan hambatan penglihatan melalui media digital dan technology literacy, sebab selama ini menurut rahma Utami sebagai nara sumber mengatakan masih banyaknya para pengembang sebuah pladform digital yang mengabaikan faktor aksesibilitas dari pladform-pladform yang dikembangkannya.
Di era digital seperti saat ini hampir semua orang pasti mengenal media sosial seperti facebook, instagram twitter, dan sebagainya, yang bisa menjadi tempat untuk berkomunikasi jarak jauh dan tak jarang kini media sosial juga dimanfaatkan oleh sebagian besar orang untuk berbisnis ataupun bekerja secara online. Namun semua kemajuan teknologi tersebut tidak diimbangi oleh tingkat aksesibilitas yang memadai seperti yang terjadi pada teman-teman difabel, salah satunya pada kawan netra. Masih banyaknya info atau aplikasi yang kurang bisa di akses secara menyeluruh oleh pembaca layar yang digunakan teman-teman netra dalam bernavigasi.
“Saya sendiri sering mencoba untuk berdialog dengan para developer sebuah aplikasi yang saya kenali, namun ironis nya dari mereka ternyata masih banyak yang tidak tahu apa itu aksesibilitas. Jadi menurut saya bagaimana aksesibilitas itu bisa terpenuhi jika developernya saja tidak tahu apa itu aksesibilitas, hal tersebut mungkin bisa terjadi karena masih sangat minimnya interaksi antara teman-teman difabel dengan nondifabel atau mungkin juga karena kurangnya kepedulian dari mereka tentang hal itu” ujar rahma melalui sambungan zoom.
Salah satu cara yang digunakan oleh teman-teman dari suarise untuk menyampaikan aspirasinya berkenaan dengan tingkat keaksesibilitasan sebuah aplikasi biasanya melalui sebuah video review yang diunggah ke sosial media seperti youtube atau instagram di SuariseID, “hal tersebut kami lakukan karena selama ini untuk mengusulkan secara langsung pada para developer kami banyak mengalami hambatan, dari video-video review yang kami buat harapannya adalah agar para developer nantinya bisa menjadikan sisi aksesibilitas sebagai sebuah prioritas yang perlu menjadi perhatian serius dalam pembuatan atau pengembangan sebuah pladform” sambung rahma kembali.
Lebih lanjut Rahma juga mengutarakan saat info-info tentang covid-19 beredar di awal-awal covid banyak info yang beredar hanya berupa screensoot atau video tanpa diberi alternatif text contohnya saat tata cara mencuci tangan dengan benar, padahal info tersebut sangat penting untuk diketahui alhasil banyak teman-teman disabilitas kurang bisa mengetahuinya. Alternatif text sebenarnya adalah sebuah fitur yang bisa digunakan oleh para pengguna pladform seperti instagram dan facebook untuk menambahkan tulisan sebagai keterangan atau petunjuk sesuai dengan isi gambar dan video yang dapat di baca dengan pembaca layar pada gambar atau video yang di upload tetapi masih banyak orang yang belum menggunakannya atau tidak tahu cara menggunakannya, padahal alternatif text tersebut bisa sangat membantu teman-teman disabilitas untuk memperoleh informasi.
Dari diskusi ini Dnetwork Indonesia dan suarise ingin membangun kesadaran dan kepedulian bersama bahwa aksesibilitas adalah sebuah hal yang sangat penting diperhatikan untuk mencapai tatanan yang lebih inklusif.
Reporter: Harisandy
Editor : Ajiwan Arief