Lompat ke isi utama
Pedoman Acara dan Komunikasi Inklusif Gambar mungkin berisi: 4 orang, orang tersenyum

Pentingnya Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan yang Inklusif

Solider.id, Banjarnegara – Salah satu kendala dalam pelaksanaan acara yang inklusif bagi difabel di Banjarnegara adalah minimnya pedoman penyelenggaraan acara yang inklusif. Alhasil, selama ini penyelanggaraan acara yang melibatkan difabel masih menyisakan pekerjaan rumah besar untuk menghadirkan konsep acara yang inklusif.

Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara menjadi salah satu organisasi kemasyarakatan yang paling sering menyelenggarakan acara yang melibatkan difabel Banjarnegara, mulai dari acara sederhana seperti pengajian bersama sampai pada acara besar seperti rapat inventarisir masukan untuk pengajuan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

Riza Azra dari MPM Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara mengaku bahwa pengetahuan MPM serta dari pemangku kebijakan lain tentang penyelenggaraan acara yang inklusif memang masih minim.

“Kalau mau bikin acara di Banjarnegara yang melibatkan difabel, kadang kami bingung penyelenggaraannya seperti apa. Jadi, jatuhnya ya penyelenggaraan acara yang sekenanya saja. Kadang itu membuat difabel yang terlibat menjadi tidak nyaman,” ujar Riza.

Menurut Riza, tidak hanya MPM PDM Banjarnegara yang minim referensi, institusi pemerintah seperti Dinas Sosial yang menjadi leading sector dari isu difabel juga belum memahami penyelenggaraan acara yang inklusif.

“Beberapa kali kegiatan di Dinas Sosial memang masih belum terasa inklusif. Apalagi secara lokasi dan desain tempat, Dinas Sosial masih sangat kurang dari segi aksesibilitas,” terangnya.

Hal yang sama juga ditegaskan oleh Entin, seorang difabel pengguna kursi roda dari Forum Komunikasi Difabel Banjarnegara. Menurutnya, banyak acara yang diselenggarakan bagi difabel di Banjarnegara masih belum bisa mengakomodasi segala kebutuhan difabel.

“Kadang acara dibuat di tempat yang cukup jauh dari jalur transportasi umum. Seperti saya masih bisa menumpang suami yang menggunakan motor modifikasi roda tiga. Namun, bagi rekan difabel yang lain, terutama yang tidak bisa menggunakan kendaraan pribadi, mereka akan memakai transportasi umum,” cerita Entin.

Menurutnya lagi, ketidaktersediaan juru bahasa isyarat juga sering menyulitkan teman-teman Tuli. Ia sering melihat teman-teman Tuli yang tidak mengerti apa yang disampaikan saat acara karena tidak ada juru bahasa isyarat.

Namun, kegamangan yang Riza dan Entin rasakan kemudian terjawab ketika mereka memperoleh dokumen Panduan Acara dan Komunikasi Inklusif yang dikeluarkan oleh Knowledge Sector Initiative. Panduan acara ini berbekal pada praktik baik dan pembelajaran yang telah didapat dari penyelenggaraan Indonesia Development Forum 2018 di Jakarta.

Panduan ini berisi berbagai macam hal yang diperlukan untuk bisa menyelenggarakan acara yang inklusif. Pedoman penyelenggaraan acara inklusif dibagi ke dalam bagian pemilihan tempat dan persiapan, promosi kegiatan, registrasi, penganggaran dan pedoman pada saat acara dan saat bersantap dan berbaur. Tidak hanya berisi panduan untuk praktik acara, pedoman ini juga berisi tentang pedoman komunikasi dan bahasa yang inklusif.

Bagi Riza, pedoman seperti ini memberikan pencerahan penyelenggaraan acara yang inklusif. Menurutnya, banyak hal baru yang membuka wawasan dan menambah pemahaman mereka tentang difabel.

“Jadi tahu hal baru, misal yang jarang terjadi sebelumnya yaitu pengecekan sebelum acara dengan mengelilingi lokasi bersama difabel untuk memeriksa akses. Yang sering terjadi itu tidak ada pengecekan bersama,” ujarnya.

Selain itu, menurut Riza, persoalan terbesar penyelenggaraan acara inklusif di Banjarnegara adalah minimnya juru bahasa isyarat yang berdomisili di Banjarnegara. Padahal, sesuai apa yang ia baca di pedoman, kehadiran juru bahasa isyarat menjadi syarat mutlak ketika melibatkan difabel Tuli.

“Di pedoman tertera keterangan untuk menghadirkan juru bahasa isyarat untuk aksesibilitas bagi difabel Tuli dengan memperhatikan kondisi seperti kepastian kesediaan juru bahasa isyarat jauh hari sebelum penyelenggaraan dan penjelasan materi dan topik acara kepada juru bahasa isyarat sebelum kegiatan dimulai,” tambahnya.

Masih ada banyak yang memberikan pemahaman baru bagi Riza sebagai pihak yang sering mengadakan kegiatan dengan difabel di Banjarnegara. Hal-hal seperti penganggaran yang inklusif dengan mencantumkan anggaran tambahan untuk biaya juru bahasa isyarat atau pendamping.

 

Wartawan: Yuhda

Editor       : Ajiwan Arief

The subscriber's email address.