Ramp, Buku Braille, hingga Layanan Kunjung SLB
Solider.id.Sleman. Berbenah meningkatkan pelayanan perpustakaan yang aksesibel untuk semua, sedang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemda Sleman. Sebuah perpustakaan yang terletak di Jalan Tugu No. 3, Beran, Tridadi, Sleman itu disiapkan sedemikian rupa sehingga aksesibel bagi semua.
Jumat (31/8/2018) pukul 08.30 WIB, Solider mengunjungi perpustakaan milik Pemda Sleman itu untuk memastikan bahwa perpustakaan tersebut menjadi perpustakaan yang ramah dan inklusif untuk dinikmati semua orang.
Secara fisik terlihat adanya jalan miring atau ramp di sisi kanan pintu masuk perpustakaan. Terlihat empat komputer pada perpustakaan tersebut, yang dipergunakan bagi para pengunjung perpustakaan menemukan judul buku yang hendak dicarinya. Namun komputer tersebut belum menggunakan keyboard braille, juga belum dilengkapi dengan pembaca layar (screen reader).
Saya juga melihat meja front office yang cukup tinggi. “Meja yang sudah pasti tidak aksesibel bagi difabel pengguna kursi roda, demikian pula dengan anak-anak,” pikir saya.
Kemudian seorang petugas sirkulasi dan layanan arsip perpustakaan yang berada di belakang meja front office dengan santun menyapa dan menanyakan maksud kedatangan saya. Setelah saya utarakan, dipersilahkan saya menunggu seorang pustakawan yang akan memberikan penjelasan terkait aksesibilitas di perpustakaan tersebut.
Tak lama kemudian, “Selamat pagi, senang sekali mendapat kunjungan Solider,” demikian suara seseorang perempuan dengan sangat ramah menyapa dan menyejukkan hati saya.
Dia adalah Ratih Wulandari, pustakawan yang akan memberikan penjelasan kepada saya. Keramahtamahan seorang pustakawan yang jarang saya temukan saat memasuki perpustakaan umum.
Tak membuang waktu, segera saya menanyakan informasi tentang aksesibilitas layanan untuk diabel yang dimiliki perpustakaan ini.
Hasil penelusuran
Sambil menyusuri rak-rak buku dan komputer yang ada di sana, Ratih menjelaskan pada saya. “Selain ramp untuk jalan pengguna kursi roda, kami juga sudah ada toilet akses. Tapi masih kurang pegangan (handrail),” jelasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa saat ini masih berbenah untuk menjadi perpustakaan yang aksesibel bagi semua. Diakuinya bahwa komputer masih dalam taraf dilengkapi dengan pembaca layar, sehingga akan memudahkan difabel netra menemukan judul buku yang akan dicarinya.
Tentang meja yang tinggi, Ratih menjelaskan bahwa petugas sirkulasi dan layanan arsip tidak hanya duduk diam di belakang meja. “Mereka akan mendatangi para pengunjung perpustakaan, menyapa, menyambut dan menemani mereka,” jelasnya.
Yang menarik, ternyata para petugas sudah dibekali dengan bahasa isyarat meskipun hanya dasar. Bekerja sama dengan SAPDA Yogyakarta, bekal bahasa isyarat itu diperoleh.
Di sini juga sudah memiliki buku-buku cerita rakyat dengan format braille, lanjut Ratih. “Memang baru cerita rakyat yang dipersiapkan, karena kami belum tahu kebutuhan para pengunjung difabel,” ujar Ratih.
Hal menarik lain, perpustakaan selain memberikan layanan keliling, juga memberikan layanan kunjung perpustakaan. Layanan kunjung yang dimaksud, mobil perpustakaan akan mendatangi sekolah luar biasa dan sekolah umum kemudian membawa para siswa untuk berkunjung di perpustakaan.
Dua SLB, yakni SLB Minggir dan Tunas Kasih secara rutin mendapatkan layanan kunjung. Hari itu bertepatan dengan adanya kunjungan dari para murid TK ABA Sumberan Ngaglik, Sleman. Sebuah TK yang menerima siswa difabel, salah satu siswanya adalah slow learner atau lambat belajar.
Terbuka untuk Inklusivitas
Untuk menuju perpustakaan yang benar-benar inklusif dan aksesibel, perpustakaan Pemda Sleman itu terbuka terhadap berbagai masukan. Kerja sama dengan pihak-pihak yang akan mendukung terwujudnya aksesibilitas bagi difabel juga dibuka lebar.
“Kami memang harus belajar banyak. Untuk itu masukan-masukan positif guna terwujudnya aksesibilitas sangat dinantikan,” tandas Ratih.
Ketika saya tanyakan adakah buku seperti audio book bagi difabel netra, buku cetak besar (large print), untuk difabel low vision, serta versi digital yang dapat diunduh di website perpustakaan? Saat ini belum ada jawab Ratih.
“Guna melengkapinya, kerja sama dengan para penerbit buku dan masyarakat umum dibuka lebar-lebar,” pungkas Ratih pagi itu. [harta nining wijaya].