Lompat ke isi utama
gambar ilustrasi  autisme

Autisme dan Perundungan yang Menghampiri

Description: https://www.autismspeaks.org/sites/default/files/images/d_200804_d_200804_WAAD7_02_180wide.jpgSolider.id.Yogyakarta. Bulan April belum juga menyelesaikan jatah putaran waktunya. Bulan, di mana salah satu harinya, yaitu 2 April disepakati sebagai hari kesadaran autisme sedunia. Pada hari kesadaran autisme dunia tersebut, ditegaskan kembali komitmen untuk mempromosikan partisipasi penuh semua orang dengan autisme, dan memastikan mereka memiliki dukungan yang diperlukan agar dapat menggunakan hak dan kebebasan fundamental mereka.

Masih segar dan membekas dalam ingatan, birunya monas dan beberapa daerah lain saat peringatan hari kesadaran autis diperingati. Biru muda sebagai pengakuan atas keberadaan orang-orang yang hidup dengan autisme. Peristiwa yang ramah-autisme digelorakan,  sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan penerimaan serta mendorong dukungan setiap makhluk di seluruh dunia.

Himbauan dan peringatan untuk tidak menyalahgunakan istilah autis pun menjadi bagian dari peringatan tersebut. Autisme is not joke (autis bukan lelucon), kembali dihimbaukan dalam peringatan yang berlangsung di Monas. Tetapi masih juga ada yang menggunakan kata ‘Autis’ bahkan disepadankan dengan kata negatif ‘Pekok’. Perundungan terhadap orang dengan autis masih saja terjadi.

Pikiran awal tindakan

Hal itu terjadi pada kegiatan suluk maleman yang akan digelar di Pati, Jawa Tengah. Sebuah agenda bulanan sebagai sarana silaturahmi warga Pati, berdiskusi, dan mengkaji masalah yang tengah dihadapi bangsa. Menggunakan tema “Jaman Autis Now” yang kemudian diganti dengan “Jaman Pekok Now”, rencananya akan mengkaji kondisi masyarakat yang kecanduan gadget, yang berdampak menjadi anti sosial, tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

Fenomena anti sosial dalam kasus tersebut yang disepadankan dengan autis, menjadi tidak etis. Terlebih ketika kata ‘autis’ diganti dengan kata ‘pekok’, bukan hanya tidak etis tapi mingiris perasaan banyak pihak, terlebih keluarga dengan anak autis. Karena pekok merupakan kata negatif untuk menggantikan orang yang sangat bodoh, tidak mampu dikasih tahu, tidak  mampu berbuat apapun.

Memilih kata yang tepat, kata positif dalam teks maupun pengucapan, akan memberikan dampak positif pula. Pilihan kata benar, tegas, tanpa menyinggung pihak lain, akan mencipta martabat dan rasa hormat. Bertindak positif harus dimulai sejak dalam pikiran. Kira-kira itu sebuah pembelajaran yang dapat diambil dari kegiatan yang disponsori oleh sebuah perusahaan rokok terbesar di Jawa Tengah tersebut.

Mengenal autisme

Stigma negatif terhadap orang dengan autisme tidak hanya terjadi kali ini saja. Berulang kali autis dikonotasikan negatif. Hal tersebut dilakukan oleh para tokoh. Ada yang dilakukan oleh sebuah grup musik, intelektual, bahkan guru mengaji.

Kurangnya pemahaman mengenai siapa orang dengan autisme disinyalir kuat menjadi penyebabnya. Sehingga orang dengan autisme sering kali dianggap orang yang terbelakang, bodoh, dan jadi bahan olok-olok, akibat tingkah lakunya yang tak sebagaimana orang pada umumnya.

Sebuah laman ‘Autism Speak’ menjelaskan bahwa autisme merujuk pada kondisi yang dicirikan dengan adanya kesulitan bersosialisasi, kecenderungan berperilaku repetitif, serta kesulitan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.

Orang dengan autisme bisa terlihat hiperaktif atau justru sangat pasif dalam kesehariannya, sangat terikat atau berfokus pada objek tertentu, bersikeras menyusun sesuatu berdasarkan kesamaan, atau terpaku pada rutinitas yang polanya tak boleh berubah sedikit pun. Gejala-gejala tersebut membuat orang dengan autisme dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, dan dilekatkan kepada mereka label-label negatif.

Tak kalah cerdas

Sesungguhnya orang dengan autisme memiliki performa tak kalah prima dari anak-anak pandai. Hal tersebut didapati Solider pada seorang gadis autis bernama Nadya (17) pelajar kelas 1 SMA sebuah SLB di Kota Yogyakarta.

Nadya hanyalah salah satu anak pintar yang dijumpai Solider. Dia mampu mengingat lebih baik dari orang lain yang non autis. Keterampilan menyimpan dan memproses informasi verbal dan nonverbal juga dimiliki oleh Nadya. Ada lagi Eufram, remaja laki-laki dengan autis yang tinggal di Solo, Jawa Tengah. Dia juga orang dengan autisme yang cerdas, bahkan lebih cerdas secara mental dan logika dibanding usia remaja setara dengannya.

“Apakah kita masih kurang keras menyuarakan? Sehingga perundungan dan penyepadanan istilah autis dengan kata negatif masih saja terjadi?” Sebuah tanya dan gugatan disampaikan oleh Dyah Ruwiyati warga Kota Yogyakarta, orang tua dengan anak autis bernama Nadya (17), melalui Solider, Kamis (19/4/2018). [harta nining wijaya].

The subscriber's email address.