Lompat ke isi utama
 Drs. Subagya, M.Si. saat menjadi moderator seminar pendidikan inklusif

Meski Belum Optimal, PSD LPPM Universitas Sebelas Maret Dukung Perguruan Tinggi Inklusif

Solider.or.id, Surakarta-Ditemui di sela-sela seminar tentang pendidikan inklusif yang yang berlangsung di Universitas Sebelas Maret beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Studi Disabilitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PSD-LPPM). Drs. Subagya, M.Si kepada Solider mengatakan bahwa meskipun dalam mengakomodasi mahasiswa difabel belum optimal, tetapi pihaknya mendukung dalam akses pendidikan inklusif.

Action saya kepada difabel. Bila implementasinya dalam pelayanan belum optimal, kita mempunyai relawan-relawan yang mendampingi difabel  dan relawan lain di luar mahasiswa PLB yang melakukan pendataan mahasiswa baru dan mendampingi ospek mahasiswa baru (osmaru).  Mereka juga melakukan pendampingan belajar serta melakukan advokasi jika diperlukan,” demikian dikatakan Subagya.

Jika ada calon mahasiswa baru difabel yang melapor ke PSD dahulu lalu dia diterima di UNS, Subagya menjamin dan lalu mengatur. Hal ini terjadi pada seorang mahasiswa Tuli yang baru-baru ini didampingi PSD. Mahasiswa tersebut kesulitan dan nyaris tidak bisa mengakses mata kuliah listening. PSD lalu menyurati dekan dan kaprodi. PSD mengatakan bahwa mahasiswa tersebut memiliki hambatan pendengaran dengan kategori berat sehingga tidak mungkin menggunakan listening.

“Kami mengusulkan tolong mata kuliah listening dihapus dan diganti reading comprehension, atau tugas lain yang setara dengan itu. Sampai sekarang dia tidak mengalami hambatan, berarti persoalan selesai. Ada difabel netra yang datang tidak punya software maka kita bantu, kita kasih software,” terang Subagya.

Menyinggung tentang masalah yang dihadapi oleh Aprilian Bima, Mahasiswa Tuli Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Senirupa, Program Seni Murni bahwa selama ini PSD kurang optimal apalagi tidak memfasilitasi juru bahasa isyarat, Subagya mengatakan bahwa pihaknya lebih mengutamakan teman sebaya untuk pendampingan belajar. 

Gedung Rektorat Sudah Ada Tempat Parkir Motor Roda Tiga Meski Tidak Standar

Tentang aksesibilitas gedung-gedung perkuliahan dan kantor, PSD bersama relawan telah melakukan dua kali pendataan dan sudah melaporkan kepada rektor. Pihaknya juga telah membuat proposal ke dikti, bahwa ada titik-titik yang harus diperbaiki. “Perubahannya sekarang di rektorat sudah ada tempat parkir untuk roda tiga. Tetapi menurut saya itu tidak representatif, karena pembangunannya tidak atas saran pusat studi. Kalau mengikuti PSD ya harus seperti yang ada di gambar.  Sasarannya kan harusnya ada space. Kalau yang ini kan hanya sekadar ada,” ujar Subagya.

Di luar pemetaan gedung untuk keperluan aksesibilitas, PSD juga telah membuat mapping tentang sekolah vokasi bagi difabel mental intelektual (grahita). “Tanggapan dari Pak Rektor ya baik,”jawab Subagya pendek.

Sekolah vokasi tersebut dikonsep sebagai multidisiplin. Jadi tidak hanya dari PLB saja yang berperan namun dari desain grafis dan bidang lainnya. Ditanya tentang anggaran, Subagya menjawab bahwa PSD tidak memiliki anggaran serupiah pun. “Kalau PSD jadi unit, nah itu ada anggaran,”pungkasnya. (Puji Astuti)

The subscriber's email address.