Lompat ke isi utama
Suasana sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan fasilitator dari Disabilitas Bergerak

Menuju Universitas yang Inklusif, FISIP-KS Unpad Gelar One Day Workshop

Solider.or.id, Jatinangor-  Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dan Kesejahteraan Sosial  Universitas Padjajaran (Unpad) menggelar one day workshop bertajuk “Unpad Menuju Universitas yang Inklusif” di kampus Universitas Padjajaran, Jatinangor Jawa Barat.

Gelaran ini diadakan dalam rangka membangun empati mahasiswa guna mewujudkan masyarakat yang inklusif di lingkungan kampus. Berkolaborasi dengan 8 komunitas difabel kota Bandung di bawah naungan komunitas Disabilitas Bergerak, FISIP-KS Unpad memberikan edukasi mengenai difabel dan inklusifitas kepada 150 mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas di lingkungan Unpad Jatinangor (24/11/17).

“Kita sedang berupaya untuk menjadi kampus yang inklusif dari tahun ke tahun. Kita tidak pernah membedakan dan berupaya memberikan kesempatan bagi siapapun untuk belajar di Prodi KS” ujar Dr. Risna Resnawaty, S.Sos., MP, Kaprodi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-Unpad dalam sambutannya.

Kegiatan ini dibuka dengan pengenalan definisi disabilitas dan masyarakat inklusif, mengangkat isu-isu difabel melalui pemutaran video, tanya-jawab antara mahasiswa dengan para pemateri, serta ditutup dengan presentasi dari hasil diskusi kelompok.

Animo peserta saat menyimak setiap detail paparan materi begitu antusias. Rasa ingin tahu yang besar terlihat dari banyaknya pertanyaan yang mereka lontarkan kepada para fasilitator kelompoknya masing-masing.

“Aku baru tau tentang hal ini. Aku tertarik buat gabung jadi volunteer kaya teteh. Gimana caranya?” tutur Linda, salah satu peserta workshop kepada Ranthi Whesi Umbarani, salah satu volunteer dari HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia).

Ditemui pada sesi jeda kegiatan, Irpan Rustandy selaku coordinator komunitas Disabilitas Bergerak mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari program Disability Goes To Campus. Tujuan dari program ini adalah mengedukasi akademisi dan mahasiswa, untuk mengenal konsep kedisabilitasan, dan memberikan pemahaman akan pentingnya peranan kampus dalam menciptakan calon pemimpin yang mempunyai landasan berpikir dan berperilaku yang berwawasan inklusif, serta memberikan kesempatan kepada rekan-rekan difabel untuk dapat berbaur dengan masyarakat.

“Kemandirian seorang difabel adalah hak otoritas hidup. Berikan kesempatan seluas-luasnya. Jangan memberikan stigma yang menghambat, sehingga mengekang haknya” ujar Aden Achmad, salah satu fasilitator workshop yang juga seorang penggiat hak-hak difabel Bandung Raya.

Pada penghujung kegiatan, Dr. Nurliana Cipta Apsari, S.sos., M.Sw, salah satu dosen FISIP-KS Unpad berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut dengan target audiens yang lebih tinggi. Bukan hanya mahasiswa selaku penerima manfaat dari kebijakan universitas, tetapi juga para petinggi pengambil keputusan. Harapannya dapat menggugah kesadaran dan pemahaman bagi para petinggi pengambil keputusan bahwa hal ini perlu untuk mulai dipertimbangkan di lingkungan universitas. (Maya Aimee)

The subscriber's email address.