Lompat ke isi utama
salah satu Tuli Malang Sampaikan Aspirasi mereka

Tuli Malang Ingin Ada Juru Bahasa Isyarat di Rumah Sakit

Isolider.or.id, Malang - Sejumlah aduan tentang layanan kesehatan disampaikan dalam pertemuan Forum Malang Inklusi (FOMI) Sabtu (11/11) di Sekretariat Malang Corruption Wacth (MCW). Selain persoalan aksesibilitas sarana dan prasarana, layanan bagi difabel tuli juga masih jauh dari ramah. Keluhan meliputi kesulitan sejak di loket antrian hingga pemberian resep.

"Tidak ada juru bahasa isyarat di puskesmas dan rumah sakit membuat kami kesulitan," kata salah satu peserta rapat Evangelia Sukmadatu Dewantari Putri.

Apalagi jika petugas atau dokter bicaranya cepat jadi susah untuk dipahami.

Gadis difabel tuli asal Malang ini mengungkap, di loket antrian jika ada running text untuk informasi antrian artinya kendala pertama bisa diatasi. Namun akan ada kendala berikutnya di bagian poli yang tak ada running text atau informasi antrian dalam bentuk tulisan.

"Juga ketika masuk ruang poli dan diperiksa, tak tahu apa yang diucapkan karena dokter menggunakan masker," ungkap Eva panggilan akrabnya didampingi Ketua Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Malang, Sumiati.

Hadir pula dalam kesempatan itu Ketua Aksi Arek Tuli (Akar Tuli) Rieka Aprilia Hermansyah dan pengurus bidang Aksi Kemanusiaan, Nur Syamsan Fajrina serta perwakilan dari Forum Masyarakat Peduli Kesehatan (FMPK). Mereka membenarkan dan menambahkan penyampaian Eva.

"Yang parah ketika kami akhirnya harus pura-pura paham petunjuk dokter," imbuh Nur Syamsan Fajrina. Pernah juga disarankan petugas kesehatan lain kali harus membawa pendamping agar tidak merepotkan.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Malang, Siswinarsih mengatakan secara umum kesehatan difabel masih belum diperhatikan dengan baik.

"Anggapan difabel itu sedikit, jadi tidak diprioritaskan," ungkap Siswinarsih. Tidak ada sosialisasi kesehatan bagi difabel, utamanya kesehatan reproduksi berkaitan dengan jenis difabilitas.

Terkait layanan tuli, kata Siswinarsih petugas medis tak dibekali bahasa isyarat sehingga dokter jadi salah kasih advis atau resep.

Rumah Sakit Wajib Menyediakan Pendamping bagi Difabel

Koordinator Forum Malang Inklusi, Kertaning Tyas menanggapi pusat layanan kesehatan dalam hal ini wajib menyediakan pendamping bagi difabel termasuk juru bahasa isyarat.

"Ada dua hal yang bisa dilakukan dalam jangka pendek untuk mengatasi kebutuhan seketika dan kebutuhan jangka panjang terkait standar layanan kesehatan bagi difabel," kata Kerta.

Jangka pendek, dalam kondisi mendesak tuli bisa langsung ke loket antrian maupun antrian poli dan menyampaikan kepada petugas: saya tuli, serta memberikan informasi melalui tulisan maupun oral sesuai dengan kemampuan.

Dalam beberapa kasus petugas akan memberikan pelayanan khusus. Namun beberapa kasus lainnya ditolak oleh petugas. Jika terjadi hal yang tidak menyenangkan pasien difabel disarankan untuk melaporkan kepada organisasi tempat bernaung atau lembaga yang membuka layanan pengaduan seperti MCW dan FMPK.

Jangka panjang, terkait regulasi diperlukan adanya ketetapan standar pelayanan bagi difabel.

"Secara umum hak difabel terkait  kesehatan, pemerintah wajib menjamin hak kesehatan, hak aksesibilitas, hak pelayanan publik, hak habilitasi dan rehabilitasi, hak berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi serta hak bebas dari tindakan diskriminasi," papar Kerta.

Termasuk dalam hal ini pusat layanan kesehatan utamanya puskesmas dan rumah sakit wajib menyediakan pendamping bagi difabel dan juru bahasa isyarat.

"Terkait hal ini Forum Malang Inklusi dalam waktu dekat akan mengajukan hearing ke Dinas Kesehatan untuk meminta adanya standar layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas," kata Pendiri Lingkar Sosial ini.

Khususnya di Kota Malang layanan kesehatan inklusif sudah mulai berjalan, nilai Kerta namun masih sangat diperlukan kontrol masyarakat khususnya dari organisasi difabel dan organisasi peduli kesehatan.

"Seperti di Puskesmas Kedung Kandang saat ini sedang berjalan proses persiapan sosialisasi kesehatan melalui video dengan bahasa isyarat," kata Kerta. Harapannya dapat menjadi contoh bagi semua puskesmas di Kota Malang. (Ken)

The subscriber's email address.