Mengenal Ragam Model Modifikasi Sepeda Motor Roda Tiga di Bengkel FPDB
Solider.or.id, Yogyakarta. Alat bantu dalam bentuk apapun yang sudah ada, bisa diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Hal tersebut sudah menjadi kultur sejak manusia ada. Dari zaman purba sampai zaman dimana teknologi terus-menerus disuplai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Hal itulah yang juga coba ditukuni para mekanis bengkel modifikasi sepeda motor roda tiga yang dikelola organisasi Forum Peduli Difabel Bantul (FPDB). FPDB melihat peluang dan tantangan tersebut dalam menjawab kebutuhan pengendara roda dua, khususnya bagi difabel daksa.
FPDB mengoptimalkan kompetensi sebagian anggotanya yang memang bergelut di dunia perbengkelan dengan spesifikasi modifikasi sepeda motor roda dua ke roda tiga. Salah satunya Dalari.
Dalari berbagi tentang pengalaman dan pemahamannya terkait dengan modifikasi motor roda tiga. Ada sekira belasan sepeda motor dari pelanggan yang sudah ia modif dengan ragam model. Beberapa model modifikasi ditawarkan bengkel FPDB. “Tapi memang belum kami buat kedalam bentuk kumpulan daftar”.
Produksi motor roda tiga dari beberapa pabrikan di Indonesia, secara kuantitas belum begitu beredar. Meski ada beberapa, harga yang dibanderol jauh lebih mahal. Maka, modifikasi motor menjadi alternatif. Selain juga hemat biaya, ketahanan dan kenyamanan bisa disesuaikan dengan kondisi pemesan.
Pada umumnya difabel daksa memodifikasi sepeda motor disesuaikan dengan kemampuan mereka agar mudah untuk dikendarai. Sepeda motor dari bentuk yang awalnya hanya menggunakan dua roda, diubah dengan ditambahi satu roda di bagian kaki-kaki roda belakang. Bentuk dasar modifikasi tersebut berguna sebagai penyanggah untuk menjaga keseimbangan penggunanya agar tidak oleng.
Dalari mendeskripsikan tiga model modifikasi yang selama ini ia kerjakan. Model Pertama, ia menyebutnya modifikasi biasa. Dengan model biasa, ia hanya perlu mengubah struktur kerangka sepeda motor bagian belakang, dengan menambahkan kaki-kaki baru yang ia rakit dari bahan-bahan sesuai keinginan pelanggan. Motor yang dimodifikasi dari bisa dari tipe matic ataupun manual, dan dari berbagai pabrikan.
Kedua, model keranjang. Menurut Dalari, model ini hanya perlu ditambahkan keranjang yang didesain agar kursi roda bisa masuk. Kegunaan lain dari model keranjang bisa membawa penumpang, dengan ditambahi dudukan yang juga dimodif agar bisa dicopot. Model modifikasi ini, biasa digunakan oleh kawan-kawan Dalari yang biasa bekerja sebagai ojek online.
Ketiga, model ketika adalah jenis modifikasi yang menempatkan kepala sepeda motor tepat di tepi depan keranjang. Kamiri, salah satu rekan mekanis Dalari menjelaskan model ini merupakan lanjutan dari model keranjang. Secara teknis, montir hanya perlu memindah dan memodifikasi bagian leher sepeda motor dan mengelasnya di bagian tepi keranjang.
“Kalau dijelasin bisa sederhana, tapi kalau pengerjaannya itu yang rumit,” terang Kamiri pada Kamis siang (9/11).
Meski masing-masing bentuk model memiliki tingkat kesulitan tertentu. Kamiri mengaku model ketiga merupakan model yang paling sulit dan rumit dalam pengerjaannya. Dalam proses modifikasi, ia dan rekannya membutuhkan waktu sekitar satu bulan dibanding dengan pengerjaan dua model lainnya.
Begitu juga dengan biaya yang dikeluarkan pelanggan modifikasi. Pilihan model ketiga berkisar Rp. 5.000.000. Sedangkan model kedua dan pertama berkisar Rp. 2.000.000 sampai Rp. 3.000.000. Hitungan tersebut juga mempertimbangkan dari ragam bahan-bahan yang diperlukan. Untuk suplai bahan-bahan sendiri, Dalari dan Kamiri memiliki langganan toko sendiri.
Ada dua bahan dasar modifikasi, yakni stainles dan besi hitam untuk membuat kerangka. Modifikasi berbahan stainles lebih murah dibandingkan dengan besi hitam. Perbedaan tersebut ada pada tingkat keawetan bahan. Meski modifikasi berbahan stainles terlihat bersih dari luar. “Tapi di dalamnya bisa cepat karat,” terang Dalari.
Sedangkan modifikasi dengan memilih bahan dari besi hitam sedikit lebih mahal. Namun, harga yang lebih tinggi juga sepadan dengan kualitas ketahanan dengan rentang waktu yang cukup lama. Meski demikian menurut Dalari, awet, nyaman dan tidaknya tergantung dari bagaimana pemilik merawatnya. “Servis rutin dan lainnya”.
Dalari memberi catatan jika pengguna motor modifikasi roda tiga hendak menyervis di bengkel resmi. Pengguna harus benar-benar mengkomunikasikannya dengan yang lebih ahli terlebih dulu. Jika tidak, hal tersebut bisa mengurangi kenyamanan sepeda motor. “semisal kalau pemasangan ban tidak simetris, ban nya bisa boros sebelah,” imbuhnya.
Bengkel FPDB sendiri tidak menarget jumlah motor, dalam setiap hari, bulan ataupun tahun. Sebab di luar itu, mereka juga aktif di agenda-agenda keorganisasian. Satu pesanan membuat keranjang sepeda motor pernah dikirim ke pelanggan di Kalimantan. Pemesan dari luar kota ataupun luar pulau bisa memesan modifikasi samping dengan menjelaskan jenis motor dan model modifikasinya melalui telephone.
Modifikasi sepeda motor roda tiga tidak melulu diidentikan dengan gaya-gayaan, ataupun berniat menyalahi Peraturan Pemerintah (PP) No. 55 tahun 2002 tentang kendaraan. Namun, ketika melihat mobilitas difabel, khususnya difabel daksa, modifikasi motor roda dua ke roda tiga adalah sebuah kebutuhan.
Kamiri berkata, tidak jarang bagi difabel daksa pengguna sepeda motor roda tiga yang sudah dimodofikasi, kerap mendapat teguran dari pihak kepolisian lalu lintas ketika sedang berkendara. Tidak jarang pula yang terjaring ketika ada operasi kendaraan bermotor di pinggir jalan. Hal tersebut bisa jadi karena pihak kepolisian belum begitu paham dengan kebutuhan difabel.[Robandi]