Musisi Difabel Dorong Industri Musik Inklusif di Malang
Solider.or.id, Malang - Kelompok musik yang digawangi para difabel netra, Kreasi Netra Swara sepakat bekerjasama dengan Avatar Manajemen merintis industri musik inklusif di Malang. Pendiri Lingkar Sosial, Kertaning Tyas yang memediasi kerjasama ini berharap langkah yang disepakati kedua belah pihak mampu mendorong upaya membumikan karya musik difabel tanah air khususnya di Bhumi Arema.
"Proses mediasi kerjasama ini adalah bagian dari pemberdayaan masyarakat yang dalam hal ini teman-teman difabel netra yang tergabung dalam Kreasi Netra Swara adalah subyek yang setara dengan manajemen," kata Kertaning Tyas, Rabu (8/11) Sekretariat Kreasi Netra Swara Malang.
“Sebelumnya ada grup musik Rumah Sahabat atau KRS yang kita dampingi, dari kelompok difabel netra juga. Saat ini sudah berkembang cukup baik dan mampu berjalan tanpa pendampingan. Setidaknya mampu memperoleh dan mengatur job sendiri” kata Kerta.
"Prinsipnya kita membuka akses komunikasi dengan pihak lain," imbuh Kerta. Hal itu cukup membuahkan hasil, indikasinya seperti grup KRS selain diliput media lokal juga koran dan TV nasional.
"Setelah akses terbuka dan proses adaptasi lingkungan berjalan, dapat mencari dan mengatur job dan sebagainya, berdasarkan prinsip pemberdayaan subyek harus bergerak mandiri," tandas Kerta.
Ada sekitar lima grup band dari kelompok masyarakat difabel diantara puluhan grup di Malang, ungkap Kerta. Namun disayangkan dari kelompok difabel belum eksis.
"Ini yang perlu diangkat karena dalam sisi kepiawaian bermain musik mereka tak kalah baik dengan grup band lainnya," kata Kerta. Persoalannya hanyalah jam terbang atau frekuensi mereka tampil di publik karena hambatan mobilitas.
Ada banyak event musik di Malang, namun dari kelompok difabel minim tampil. Hanya sesekali tampil itupun di hari-hari besar. Kesannya hanya untuk dipamerkan saja, ungkap Kerta,
setelah acara mereka kembali tenggelam dan menunggu muncul event atau seremoni berikutnya.
"Salah satu jalan adalah menghubungkan grup musik dengan manajemen untuk peningkatan produktifitas dan profesionalisme," kata Kerta.
"Ini adalah persoalan hambatan mobilitas dan minimnya kesempatan karena sarana dan prasarana yang tidak akses bagi difabel serta kebijakan pembangunan yang belum berperspektif difabilitas," ungkap Kerta menggarisbawahi.
Pendiri Kreasi Netra Swara, Sukarno Mulyono menanggapi positif hal ini. Ia berharap dengan adanya manajemen akan mendorong perubahan baik setelah sejak 2012 grup musik tersebut berdiri.
"Saya ingin difabel khususnya dari netra memiliki harkat dan martabat yang setara dengan masyarakat lainnya dalam kebidupan sosial. Dalam seni musik khususnya bisa setara dengan band-band lainnya," kata Sukarno Mulyono didampingi Manajer Avatar Manajemen Wagiat Saptono.
Sukarno berpendapat grup musik difabel selama ini kurang mendapat apresiasi. Difabel khususnya dari netra masih banyak dianggap beban dalam masyarakat bahkan keluarga.
"Ini menyebabkan makin sempitnya kesempatan bagi masyarakat berkebutuhan khusus untuk berkarya dan hidup layak," papar pria asal Malang ini.
Dari niat inilah pria berbakat musik ini mulai merintis grup band. Ia mengumpulkan teman-temannya sesama difabel netra yang memiliki minat yang sama terhadap musik. Saat ini anggota grup ini berjumlah 10 orang semuanya difabel netra, dari pendiri grup, gitaris, bassis, dan lainnya hingga vokalis.
Senada disampaikan Manajer Avatar Manajemen, Wagiat Saptono berpendapat bahwa dengan adanya unsur manajemen dalam kelompok musik akan meningkatkan profesionalisme.
"Semua grup musik, terlepas dari persoalan difabel atau nondifabel jika ingin profesional harus ada unsur manajemen didalamnya," papar Tono panggilan akrabnya.
Permainan musik Kreasi Netra Suara secara umum sudah bagus, tinggal meningkatkan intensitas pertemuan latihan dan manajemen untuk mengatur job dan jadwal pentas, ungkap Tono.
Tono berharap, Kreasi Netra Swara dan grup musik difabel lainnya selain memperhatikan pentingnya peningkatan kemampuan bermain musik juga memperhatikan ketertiban administrasi dan aktif mengkampanyekan grupnya antara lain melalui media sosial.
"Bekerjasama dengan manajemen hanyalah salah satu jalan, terpenting bagi grup musik difabel adalah mampu mengatasi hambatan mobilitas dan aksesibilitas," tutur Tono.
Tingkatkan kapasitas bermain musik dan jalin komunikasi dengan banyak pihak secara inklusif. Jika ekslusif atau terkhusus dalam lingkup komunitas difabel akan sulit berkembang, pungkasnya. (Ken)