Aku Bangga Menjadi Tuli, Sebuah Pameran Perupa Tuli Yogyakarta
Solider.or.id.Yogyakarta. Lima remaja tuli yang bergabung dalam Komunitas Deaf Art Community (DAC) Yogyakarta, menyelenggarakan pameran karya seni rupa (lukis) dengan tema “Aku Bangga Menjadi Tuli”. Pameran yang disupport oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, diselenggarakan di Sekolah Semangat Tuli (SST), Langenarjan Lor No. 16 A, Yogyakarta. Pameran dibuka pada Sabtu (23/9/2017), akan berlangsung selama satu minggu, 23 – 29 September 2017.
Empat belas karya lukis dipamerkan oleh kelima perupa tuli, yakni, Ahmad Roby Nugroho, Ardi Kuswantoro, Enrico Bagas Kurniawan, Indhira Resky Imandari, dan Zakka Nurul Giffari Hadi.
Pameran khusus perupa tuli Yogyakarta yang pertama kali diselenggarakan di Yogyakarta, merupakan wujud ekspresi serta ruang mencurahkan kreativitas perupa tuli. Dengan berkarya lukis, salah satunya, tuli dapat mengekspresikan diri dari kesunyian sepanjang hidup mereka. Menuangkan ekspresi rasa dan jiwa (emosi), bercerita tentang dunia yang mereka lalui dalam sunyi. Pameran tersebut sekaligus sebagai kampanye yang menyuarakan kepada masyarakat bahwa seniman tuli juga dapat berkarya sebagaimana nontuli (hearing person).
Karya Ekspresi dan Kampanye
Menurut Theresia Agustina Sitompul seorang Seniman Seni Grafis, Dosen Seni Rupa di ISI Surakarta, sekaligus sebagai kurator pameran, mengatakan bahwa karya-karya yang dipamerkan dapat menginspirasi banyak orang. “Karya-karya yang mengekspresikan diri mereka dengan identitasnya, karya-karya ini juga sebagai kampanye kepada masyarakat luas,” ujarnya kepada Solider seusai memberikan sambutan pembukaan.
“Selanjutnya keterampilan melukis mereka perlu diasah dengan bimbingan internsif. Bagaimana mereka bisa bersama dan terlibat dalam setiap isu yang ada. Tidak ada perbedaan, dan tidak harus menunjukkan perbedaan. Mereka bisa bicara apa saja melalui karya mereka tanpa harus menonjolkan identitas diri mereka,” lanjut There.
Bagi para perupa kata There, menambah referensi dan kekayaan wawasan baik teknik melukis maupun situasi yang sedang berkembang sangat dibutuhkan. Mereka harus sering kali mendapatkan informasi pameran. Karena dengan cara menyaksikan pameran-pameran para perupa siapa pun, di manapun, serta seni apapun menjadi cara untuk meningkatkan kemampuan berkarya seni.
“Berkarya itu tidak ada bentuk keterbatasan. Siapa saja bisa berkarya apa saja,” pungkas There sore itu.
Semangat dan harapan
Pada kesempatan lain, Ahmad Robby Nugroho salah seorang perupa peserta pameran menyatakan dengan bahasa isyarat bahwa dia merasa senang dapat terlibat dalam pameran tersebut. Robby yang baru saja menamatkan sarjana strata 1 di ISI Yogyakarta tersebut, juga mengatakan pernah terlibat dalam pameran-pameran sebelumnya, baik saat dirinya masih bersekolah di SMSR Yogyakarta, maupun saat menjadi mahasiswa. Dia juga menancapkan harapan dapat menyelenggarakan pameran tunggal nantinya.
“Saya senang dan bangga. Saya ingin nanti dapat berpameran sendiri. Saya akan giat melukis lagi, agar bisa pameran sendiri dan ada yang mendukung nanti,” ungkapnya (hnw).