Ujian dengan Braille Butuh Waktu yang Lebih Lama
Solider.or.id, Yogyakarta- Arif Prasetyo, siswa salah satu peserta ujian dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) Yogyakarta mengungkapkan membaca braille membutuhkan waktu lebih lama. Ia berharap soal bahasa Indonesia dibuat lebih sederhana, sehingga tidak menguras tenaga dan pikiran dalam memahaminya.
Lima siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) Yogyakarta mengikuti UN dengan tertib dan lancar, ditemui Solider pada hari kedua UN, Selasa (5/5) di Jalan Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.
Mereka terdiri dari empat siswa difabel netra, dan seorang siswa low vision. Empat difabel netra tersebut adalah Arif Prasetyo, Jamil Abdul Zikri, Taufik Rahmadi, dan Rivan Febrianto, sedangkan Devi Agustina adalah difabel low vision.
“Kesiapan pelaksanaan UN pada hari kedua, semakin baik dibanding hari pertama kemarin. Pada hari pertama soal bagi siswa low vision masih dengan font 14 ppt, sedangkan hari ini sudah 20 ppt. Sehingga pada hari pertama siswa low vision dibantu pengawas dalam memindahkan jawaban ke lembar jawab komputer, sedangkan hari kedua siswa mengerjakannya sendiri,”ujar Lilik Sutardi, Pengawas UN Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Yogyakarta mengutarakan pada Solider,.
Tambahan Waktu dan Pengawas Pembaca Braille
Tambahan waktu 45 menit diberikan pada setiap peserta UN 2015 di MTs Yaketunis. “Dengan penambahan waktu tersebut diharapkan setiap peserta dapat menyelesaikan soal-soal UN dengan lebih baik, ”ungkap Mustajab, pemantau pelaksanaan UN dari Disdik Kota Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan UN bagi siswa difabel netra selalu dibutuhkan pengawas yang mampu membaca braille. “Meskipun sudah ada soal awas, tetapi pengawas yang mampu membaca braille harus ada ketika UN. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pengawas mampu membaca braille, terlebih pada bidang studi matematika yang terdapat simbol-simbol braille,” lanjut Mustajab yang diamini oleh Lilik.
Mustajab juga menuturkan bahwa sebelumnya telah ada pencocokan antara soal braille dan soal awas yang diperuntukkan bagi pengawas dalam mendampingi. “Hasilnya soal awas sudah sudah benar (klop) dengan soal braille,”tuturnya.
Penyederhanaan pola kalimat soal Bahasa Indonesia
“Meski sudah ditambah 45 menit, semua peserta belum selesai mengerjakan soal, sehingga pelaksanaan UN bahasa Indonesia pada hari pertama mundur hingga jam 12:00 siang,” demikian diungkapkan oleh Lilik.
Ditemui di kantornya, kepala MTs Yaketunis Agus mengapresiasi keseriusan pemerintah kota Yogyakarta dalam pelaksanaan UN tahun 2015. Dia juga menyampaikan harapan pada siswa-siswanya “Karena sudah mendapatkan fasilitas sesuai dengan yang semestinya, diharapkan seluruh siswa dapat mencapai nilai yang baik, sehingga dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa mengalami diskriminasi, apalagi penolakan,”ungkap Agus.