Inklusivitas, Kebutuhan untuk Keberagaman
Solider.or.id, Purworejo – Kelompok Belajar Kartini (KBK) Purworejo mengadakan diskusi bertema pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK). Diskusi ini dilakukan di Desa Senepo Timur, Kutoarjo, Purworejo pada Minggu (9/2/2014). Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini Haris Munandar dan Muh Syamsudin dari Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB).
KBK merupakan perkumpulan perempuan penyintas (survivor) Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang pernah dibantu oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yayasan Pengabdian Hukum Indonesia (YAPHI) Surakarta. KBK mengadakan pertemuan setiap dua bulan dengan menghadirkan tema yang berbeda-beda. Dalam diskusi yang diikuti oleh 25 peserta ini diambil tema disabilitas.
Dari diskusi diketahui bahwa kebanyakan peserta hanya tahu bahwa ABK bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mereka pada umumnya belum paham bahwa ada konsep pendidikan inklusi. Dimana ABK bisa bersekolah di sekolah regular.
Haris Munandar dalam paparannya menyatakan ada dua sebab utama yang menyebabkan ABK lebih sering disekolahkan di SLB. Penyebabnya adalah orangtua yang cenderung tidak percaya anaknya mampu mengikuti pendidikan di sekolah regular. Selain itu seleksi masuk sekolah juga menghambat ABK bisa diterima. Haris juga menerangkan ada banyak hal kecil yang bisa dilakukan untuk membantu ABK di sekitar kita mendapat pendidikan yang layak.
Diskusi berlanjut dengan cerita Pramono dari Karina Kas. Menurutnya ada alternatif pendidikan lain untuk ABK, selain SLB dan sekolah inklusi. Dia menceritakan tentang keberadaan sanggar belajar yang dirintis Karinakas di Sukoharjo. Sanggar ini memberi solusi lain untuk pendidikan ABK yaitu dengan meningkatkan kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu sanggar ini juga memberikan solusi kewirausahaan dalam kasus sekolah tidak bisa diandalkan.
Elisabeth Yulianti pendamping dari YAPHI dalam rangkumannya menyatakan bahwa ada hal yang bisa dilakukan bersama untuk membantu pendidikan ABK. Menurutnya kajian tentang disabilitas ini memperkaya pengetahuan KBK.
“Kebutuhan inklusivitas adalah kebutuhan untuk keberagaman. Sehingga kita bisa terbiasa dengan keberagaman,” tuturnya di akhir diskusi.